freightsight
Sabtu, 20 April 2024

PELABUHAN

Atasi Krisis Pangan, Rusia dan Ukraina Sepakat Buka Pelabuhan Laut Hitam

25 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Rusia dan Ukraina

Pelabuhan Laut Hitam via kompas.com

Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan penting untuk membuka kembali pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sehingga bisa mengekspor gandum dengan harapan menekan krisis pangan.

Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan penting untuk membuka kembali pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sehingga bisa mengekspor gandum dengan harapan menekan krisis pangan.

Kesepakatan yang ditandatangani Jumat, 22 April 2022 di Istambul itu, merupakan puncak dari pembicaraan dua bulan dengan penengah PBB dan Turki.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya sebagai "paket" yang akan memulihkan ekspor biji-bijian Ukraina sekaligus mengurangi sanksi Barat terhadap ekspor gandum dan pupuk Rusia.

Guterres mengatakan perjanjian itu membuka jalan bagi peningkatan volume ekspor makanan komersial yang signifikan dari tiga pelabuhan utama Ukraina – Odesa, Chernomorsk dan Yuzhny, dan PBB akan mendirikan pusat koordinasi untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.

"Hari ini, ada suar di Laut Hitam. Suar harapan..., kemungkinan... dan kelegaan di dunia yang lebih membutuhkannya sejak lama," kata Guterres dalam pertemuan itu.

Penandatanganan itu tidak menghentikan perang di Ukraina timur. Dalam pertemuan itu, suasana permusuhan masih terasa ketika perwakilan Rusia dan Ukraina menolak duduk di meja yang sama. Bendera kedua negara pun tidak lagi bersebelahan.

Blokade pelabuhan Ukraina oleh armada Laut Hitam Rusia, menjebak puluhan juta ton biji-bijian di silo dan membuat banyak kapal terdampar, telah memperburuk kemacetan rantai pasokan global dan, bersama dengan sanksi Barat yang meluas, memicu inflasi yang melonjak dalam harga pangan dan energi di sekitar dunia.

Moskow membantah bertanggung jawab atas krisis pangan yang memburuk, sebaliknya menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor makanan dan pupuk. Rusia juga menyalahkan Ukraina karena memasang ranjau di dekat pelabuhan Laut Hitamnya.

Pejabat senior PBB, yang memberi pengarahan kepada wartawan pada hari Jumat, mengatakan kesepakatan itu diharapkan akan beroperasi penuh dalam beberapa minggu.

Jalan masuk dan keluar yang aman dari pelabuhan akan dijamin dalam apa yang disebut seorang pejabat sebagai "gencatan senjata de facto" untuk kapal dan fasilitas yang dicakup, kata mereka, meskipun kata "gencatan senjata" tidak ada dalam teks perjanjian.

Kesepakatan yang memungkinkan ekspor gandum itu akan berlaku selama 120 hari tetapi dapat diperpanjang dan diperkirakan tidak akan dihentikan dalam waktu dekat.