freightsight
Jumat, 22 November 2024

EKSPOR

Windfall Berakhir, BPS Minta Waspadai Penurunan Harga Komoditas

18 Agustus 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Logistik

BPS Logistik via republika.co.id/

BPS meminta tren penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia harus dalam pemantauan.

Badan Pusat Statistik (BPS) meminta seluruh pihak untuk mewaspadai tren penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia. Setelah menikmati lonjakan ekspor dalam beberapa waktu terakhir, tren pertumbuhan mulai melandai pada Juli 2022.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, windfall atau keuntungan dari kenaikan harga akibat faktor musiman bisa berakhir jika harga komoditas kembali pada kondisi normal.

"Penurunan harga komoditas andalan perlu menjadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall," ujar Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/8/2022).

Dalam beberapa bulan terakhir, kata dia, harga komoditas, seperti batu bara, minyak sawit, dan feronikel sudah mulai menurun. Hal itu turut memengaruhi kinerja ekspor Indonesia pada bulan lalu.

BPS melaporkan, kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 menurun dari bulan sebelumnya. Data BPS menyebutkan, nilai ekspor pada Juli 2022 sebesar 25,27 miliar dolar AS atau turun 2,20 persen (mtm) dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 26,15 miliar dolar AS.

Apabila dibandingkan pada Juli 2021, kinerja ekspor masih naik 32,02 persen (yoy). Akan tetapi, laju pertumbuhannya menurun dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2022 dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 40,99 persen (yoy).

Setianto menjelaskan, penurunan ekspor Indonesia pada Juli ini didorong oleh penurunan baik ekspor minyak dan gas maupun penurunan ekspor nonmigas.

"Kalau melihat perkembangan secara bulanan, memang ekspor kita lebih rendah dari Juni 2022 karena ada penurunan ekspor komoditas untuk migas dan nonmigas," ujarnya.

Data BPS menyebutkan, nilai impor Indonesia pada Juli 2022 mencapai 21,35 miliar dolar AS. Angka tersebut mengalami kenaikan 1,64 persen dibandingkan Juni 2022 atau naik 39,86 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Sementara, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar 4,23 miliar dolar AS pada Juli 2022. Angka itu menandai surplus selama 27 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus neraca perdagangan Indonesia periode Januari sampai Juli 2022 atau secara kumulatif mencapai 29,17 miliar dolar AS. Total ekspornya sebanyak 166,70 miliar dolar AS dan impor 137,53 miliar dolar AS.

"Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli banyak ditopang oleh surplus komoditas nonmigas," ujarnya.

Komoditas utama penyumbang surplus tersebut meliputi bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, bijih, kerak, dan abu logam. Di sisi lain, perdagangan migas Indonesia mengalami defisit sebesar 3,08 miliar dolar AS.

Kinerja ekspor Juli 2022 memengaruhi penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Senin (15/8). IHSG ditutup turun 36 poin atau 0,5 persen ke posisi 7.093,27. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,24 poin atau 0,62 persen ke posisi 1.005,79.

"Pergerakan IHSG hari ini terlihat cenderung pesimistis karena kinerja ekspor mengalami penurunan," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya.

Pilarmas juga menilai kinerja impor bergerak lebih cepat dari tujuh bulan terakhir dengan kenaikan sebesar 40 persen. Hal itu didorong oleh kenaikan impor migas yang meningkat hingga 148 persen. Surplus neraca perdagangan pun mengalami perlambatan dengan penurunan ekspor dan kenaikan impor.