freightsight
Sabtu, 20 April 2024

EKSPOR

BPS Sebut Harga Komoditas di Pasar Dunia Masih Melambung

16 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor

Market via Pixabay

Kenaikan harga komoditas ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor impor Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga sejumlah komoditas di pasar internasional masih mengalami kenaikan pada Mei 2022.

Kenaikan harga komoditas ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor impor Indonesia.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan harga minyak mentah pada Mei 2022 lalu tercatat sebesar US$ 109,6, per barel.

Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan signifikan dibandingkan Mei 2022 yang sebesar US$ 65,5, per barel.

"Kalau kita lihat secara mont to month (mtm) maupun year on year (yoy) tercatat kenaikan sebesar 6,92 persen (mtm), kalau year on year peningkatannya cukup tinggi yaitu 67,35 persen pada Mei 2022 ini, kata Setianto melalui saluran video conference pada Rabu (15/6/2022).

Harga minyak sawit (CPO) juga tercatat naik dari US$ 1.136,5 per metrik ton menjadi US$ 1.176,9 per metrik ton.

Harga CPO pada Mei 2022 mengalami kenaikan sebesar 2,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang naik 51,08 persen dibanding Mei tahun lalu.

Kemudian harga kedelai juga menunjukkan lonjakan harga sebesar US$ 724,1 per metrik ton dari US$ 646,8 per metrik ton sebelumnya.

Kenaikan harga kedelai di pasar internasional tercatat sebesar 0,46 persen dari April 2022 dan 11,95 persen dibandingkan Mei 2021.

Setianto menambahkan, harga bijih besi justru turun dari US$ 207,72 per dry metric tonns (dmtu) menjadi US$ 131,21 per dmtu. Harga bijih besi tercatat turun 13,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 36,83 persen dari Mei tahun lalu.

Selanjutnya kenaikan juga disusul oleh harga kopi yang naik dari US$ 1,8 per kilogram (kg) menjadi US$ 2,3 per kg, daging sapi naik dari US$ 5,5 per kg menjadi US$ 6,1 per kg, dan gandum naik dari US$ 297,3 per metrik ton menjadi US$ 522,3 per metrik ton.

"Batu bara ini mengalami peningkatan dari US$ 99,3 per metrik ton menjadi US$ 280,0 per metrik ton secara year on year. Namun demikian secara month tom month ini mengalami penurunan sebesar 7,82 persen," pungkasnya.