freightsight
Minggu, 24 November 2024

INFO INDUSTRI

Turup Keran Ekspor Bauksit dan Timah, Pemerintah Perketat Baru Bara

7 Mei 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Timah

Produksi Batu Bara via asiatoday.id

Keran ekspor bauksit dan timah ditutup untuk memperluas investasi hilirisasi pertambangan dalam negeri.

Pemerintah memperketat syarat ekspor pertambangan dalam rangka mendorong investasi di sektor tersebut. Tahun ini, pemerintah akan melarang ekspor bauksit dan timah.

"Langkah ini dilakukan untuk mewujudkan hilirisasi tadi. Kita jangan jual Tanah Air (barang mentah) terus," kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers virtual pada Rabu (27/4/2022).

Bauksit merupakan salah satu bahan baku aluminium. Sedangkan timah adalah bahan baku untuk memproduksi baja anti karat.
Sebelumnya, larangan ekspor bauksit mentah telah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2021. Presiden meminta bauksit diolah menjadi alumina dan logam aluminium.

"Kemungkinan kami akan tutup keran ekspor bauksit. Tahun depan atau tahun ini, timah juga akan kami larang ekspornya," katanya.

Bahlil melanjutkan, Indonesia adalah produsen timah nomor dua di dunia setelah China. Namun, Indonesia juga merupakan eksportir timah terbesar di dunia.

Di samping itu, pemerintah juga memperketat syarat ekspor baru bara. Eksportir batu bara wajib mendiversifikasi sebagian komoditas tersebut menjadi produk hilir.

Bahlil mengatakan, salah satu investasi hilirisasi pertambangan yang sudah terealisasi adalah gasifikasi baru bara kalori rendah oleh PT Bukit Asam Tbk dan PT Kaltim Prima Coal (KPC). Umumnya baru bara kalori rendah memiliki harga yang juga lebih rendah.

Gasifikasi tersebut untuk kemudian akan menghasilkan Dimethul Ether (DME) yang mampu mensubstitusi penggunaan gas Liquifed Petroleum Gas (LPG). Berdasarkan perhitungan Kementerian Investasi, pemerintah dapat menghemat cadangan devisa sekitar US$ 300 per ton jika konsumsi LPG berhasil digantikan dengan DME.

Selain Bukit Asam, KPC juga bekerja sama dengan investor Amerika Serikat, Air Products, untuk membangun fasilitas gasifikasi senilai US$ 2 miliar. Mitra yang menjadi pengekspor baru bara dan pembeli methanol dalam proyek tersebut adalah PT Bakrie Capital Indonesia dan PT Ithaca Resources.

Menurut data dari laman resmi Air Products, kapasitas produksi gasifikasi baru bara KPC mencapai hampir 2 juta ton per tahun. Sedangkan konsumsi baru bara per tahun untuk fasilitas tersebut sebesar 6 juta ton per tahun.