freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

PENGIRIMAN LAUT

TPK Sorong Berpeluang Menjadi Hub Peti Kemas di Indonesia Timur

14 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pelindomultiterminal.co.id

Terminal Peti kemas mempersiapkan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas (hub) peti kemas di Indonesia Timur.

Adanya terminal peti kemas sebagai pusat, diharapkan pengiriman peti kemas dilakukan dengan kapal ukuran lebih besar.

PT Pelindo Terminal Peti kemas mempersiapkan kajian kemungkinan menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas (hub) peti kemas di wilayah Indonesia Timur.

Langkah ini disusun pasca penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Persero). Penyiapan TPK Sorong disebut salah satu upaya perseroan mendukung efektivitas distribusi logistik.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra mengatakan penyiapan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas mendorong efektivitas pengiriman ke wilayah Indonesia Timur.

Selama ini beberapa perusahaan pelayaran masih menggunakan kapal-kapal berkapasitas 600-1.000 TEUs untuk pengiriman peti kemas. Kapal tersebut harus singgah di beberapa pelabuhan sebelum tiba di pelabuhan tujuan akhir.

Dengan adanya terminal peti kemas yang berfungsi sebagai pusat aktivitas, diharapkan pengiriman peti kemas dilakukan dengan kapal dengan ukuran lebih besar. Dia memaparkan saat ini, ada lebih dari satu perusahaan pelayaran memiliki jangkauan hingga ke Indonesia Timur didorong dapat berkolaborasi.

"Jadi petikemas dari Jakarta atau Surabaya diangkut dengan kapal kapasitas 1.500-3.000 TEUs sampai ke TPK Sorong, setelah itu didistribusikan ke pelabuhan lain yang dalam jangkauan dengan kapal berukuran lebih kecil,” jelasnya, Senin (13/2/2023).

Konsep tersebut dinilai memberikan dampak efisiensi biaya pengiriman peti kemas.

Mengenai nilai efisiensi didapat, Widyaswendra menyebut perseroan melakukan proses kajian lebih mendalam. Selain itu, untuk menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas, PT Pelindo Terminal Petikemas akan melakukan sejumlah transformasi lanjutan atau investasi menyiapkan segala fasilitas dan layanan terbaik bagi pengguna jasa.

Potensi arus peti kemas ketika TPK Sorong nantinya sekitar 243.000 TEUs. Saat ini, pihaknya dalam proses kajian lebih menyeluruh, termasuk melibatkan pengguna jasa.

"Hal ini untuk membuat keputusan yang lebih tepat sehingga program yang direncanakan dapat memberikan manfaat bagi industri kepelabuhanan dan pelayaran di Indonesia,” imbuhnya.

Kajian tersebut meliputi analisa rute eksisting menjadi jalur kapal peti kemas, analisa kawasan pendukung dan penyangga (hinterland), analisa mengenai konsolidasi muatan, mengenai desain rute baru diusulkan.

Arus peti kemas di TPK Sorong periode 2022 tercatat 48.048 TEUs. Beberapa pelabuhan masuk dalam jangkauan terdekat seperti TPK Jayapura 95.431 TEUs, Pelabuhan Nabire 31.138 TEUs, Pelabuhan Bintuni 11.100 teus, Pelabuhan Manokwari 40.982 TEUs, Pelabuhan Biak 13.376 TEUs.

Dosen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Saut Gurning menilai konsep menjadikan TPK Sorong sebagai pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur dibutuhkan di Indonesia merupakan negara kepulauan.

Saut menyebut keberadaan pelabuhan berfungsi sebagai hub dan penggunaan kapal berkapasitas besar akan meningkatkan jumlah kunjungan kapal dan jumlah peti kemas dapat diangkut kapal.

Dengan demikian, berdampak pada biaya logistik secara bertahap. Model pengangkutan berjalan saat ini dengan banyak rute pelabuhan dan jumlah peti kemas terbatas menjadi salah satu faktor biaya logistik di Indonesia Timur cukup tinggi.

Saut juga menyinggung faktor biaya tinggi lainnya mengenai muatan kembali dari wilayah timur ke wilayah barat didominasi peti kemas kosong. Menurutnya, salah satu hal memungkinkan saat ini penyiapan fasilitas konsolidasi untuk komoditas hasil tangkapan laut memiliki potensi cukup tinggi.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan keberadaan pusat aktivitas peti kemas di Indonesia Timur menjadi area persinggahan (transshipment) bagi peti kemas luar negeri melayani rute Jepang-Australia ataupun rute luar negeri lainnya. Saut tak menampik tantangan terbesar arus peti kemas berkaitan dengan muatan kembali dari timur.

Namun, dengan konsep penggunaan kapal besar (mother vessel) dari Jakarta atau Surabaya ke Sorong setidaknya membantu menekan biaya logistik, tentunya hal ini perlu dilakukan kajian secara menyeluruh untuk mengetahui tingkat efisiensi dihasilkan.