freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

PELABUHAN

Terminal Kijing Diharapkan jadi Transit Hub Komoditi Andalan ke Pasar Global

3 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Terminal Kijing via logistiknews.id

Terminal Kijing didedikasikan untuk menjadi hub besar ke depannya. Tentunya diharapkan menjadi terminal transit terhadap komoditi andalan di Indonesia, termasuk ekspor tidak hanya produk hasil perkebunan dan hasil industri lainnya ke pasar global.

Terminal Kijing terletak di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah, dengan jarak lebih kurang 80 KM sebelah utara kota Pontianak. Sebagai terminal terbesar di pulau Kalimantan, sejak kali pertama semenjak dioperasikan 30 Agustus 2020, melayani bongkar muat kargo sebanyak 1,127 juta ton periode Agustus 2020 sampai dengan Agustus 2022.

Sebagian besar komoditi yang di ekspor CPO (crude palm oil) dengan beberapa produk turunannya melalui Terminal Kijing.
Jumlah bongkar kargo sebanyak 400.903 ton dan jumlah muat sebanyak 727.516 ton pada periode tersebut dengan jenis kargo utama yaitu crude palm oil (CPO) dan turunannya sebanyak 1.077.303 ton serta general cargo (GC) sebanyak 51.116 ton, dan terdiri atas bongkar muat untuk eskpor/impor sebanyak 642.900 ton sedang sisanya sebesar 485.519 ton untuk kegiatan domestik.

Untuk CPO dalam dua bulan terakhir ini dari hasil produksi pengolahan pabrik Palm Oil Refinery mencapai lebih dari 500 ribu ton sebagian besar tujuan ekspor ke berbagai negara diantaranya: Singapore, China, India, Malaysia dan Korea Selatan.

“Pada awal Oktober 2022 ini,Terminal Kijing mulai melakukan handling komoditi methanol (campuran atau bahan pembantu untuk menghasilkan Fatty Acid Methyl Ester /FAME sebagai bahan pengolahan biodiesel Plant) sebanyak 78.000 ton/bulan,” ujar Hambar Wiyadi, General Manager PT Pelindo Regional 2 Pontianak, melalui keterangannya pada Sabtu (1/10/2022).

Saat ini Terminal Kijing telah melayani kebutuhan untuk Produksi Palm Oil Refinery 2.500 ton/hari dan produksi Kernel Crushing Plant dengan kapasitas produksi 360 ton/hari untuk menghasilkan CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan Palm Kernel Expeller. Untuk awal Oktober 2002 ini, tambahan cargo hasil beroperasinya Biodesiel Plant dengan kapasitas 1.300 X 2 ton/hari dan Nopember 2002 akan beroperasi lagi satu Palm Oil Refenery Plant kapasitas 2.500 ton/hari.

“Sehingga kini empat pabrik ini telah beroperasi semua, tentunya Terminal Kijing akan melayani tidak kurang 8.000 ton/hari hasil produksi Palm Oil Refenery dan potensi throughput mencapai 5,7 Juta ton/tahun cargo curah cair dan 200 ribu ton/tahun dan cargo curah kering” pungkas Hambar.

Dia menegaskan, demand pasar CPO dan turunan akan berkaitan dengan kelancaran, kecepatan, hingga keamanan dari barang yang akan diekspor. Sehingga, pengelolaan terminal jadi nilai utama penunjang produktivitas. Optimalisasi peningkatkan produktivitas melalui kelancaran arus perputaran dalam ekosistem pelabuhan akan menjadi bagian penting untuk memenuhi segala kebutuhan serta percepatan kegiatan hasil produksi dari pabrik-pabrik pengolahan yang berada di daerah Kabupaten Mempawah dan sekitarnya guna memenuhi kebutuhan ekspor produk-produknya ke mancanegara.

Setelah diresmikan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat, oleh Presiden R.I, Joko Widodo pada tanggal 9 Agustus 2022 lalu, diharapkan mampu memperkuat positioning PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pasca merger untuk mendukung pertumbuhan dan hilirisasi industri berbasis CPO dan bauksit yang berada daerah Kalimantan.

Sehingga dapat memberikan multiplier effect dan menciptakan community development yang dapat meningkatkan perekonomian daerah dan nasional melalui peningkatan pajak dan pendapatan negara. Diharapkan operasional Terminal Kijing dapat membangkitkan optimisme perusahaan industri dan pelaku usaha lainnya terkait pemulihan ekonomi nasional.

Terminal Kijing didedikasikan untuk menjadi hub besar ke depannya. Tentunya diharapkan menjadi terminal transit terhadap komoditi andalan di Indonesia, termasuk ekspor tidak hanya produk hasil perkebunan dan hasil industry lainnya ke pasar global. Tentunya akan membuat daya saing Kalimantan Barat makin besar, serta memantapkan rantai ekosistem industri pelabuhan di Indonesia sehingga makin terkoneksi dan mendukung hilirisasi industri.

“Kami mengajak seluruh pelaku industri baik pabrikan/pengolahan, sampai ke industri bahan baku untuk dapat menjadikan Terminal Kijing sebagai mitra strategis dalam aktifitas bongkar muat barang untuk ekspor-impor sehingga Terminal Kijing ini dapat menjadi pusat perdagangan internasional,” ucap Hambar.