freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Subholding Petikemas Pelindo Menjelaskan Peta Jalan Hingga Tahun 2025 Nanti

15 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via unsplash

SPTP kini merancang peta jalan atau roadmap rencana kerja akan segera berlangsung sampai 2025.

SPTP merelokasi tiga unit derek dermaga (quay container crane/QCC) dan empat unit derek penumpukan (RTG).

Subholding Peti Kemas PT Pelabuhan Indonesia (Persero), PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) kini telah merancang peta jalan atau roadmap rencana kerja yang akan segera berlangsung sampai tahun 2025 nanti.

Direktur Utama PT Pelindo Terminal Petikemas Muhammad Adji mengatakan pada tahun ini bahwa SPTP akan segera fokus pada lima area yaitu standardisasi operasi terminal peti kemas, digitalisasi dan sistematisasi operasi terminal peti kemas, pengembangan pelabuhan melalui kerja sama strategis, optimalisasi hub (pelabuhan utama) dan spoke (pelabuhan pengumpan) dan terakhir key account management yang terintegrasi.

Dari seluruh fokus yang telah dirancang, standardisasi operasi menjadi salah satu prioritas pertama karena 27 terminal dikelola SPTP memiliki kelas, kapasitas dan kinerja bongkar muat yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kapasitas Terminal Peti Kemas Belawan yang mencapai 1 juta TEUs (twenty-foot equivalent per units) begitu berbeda dengan kapasitas TPK Ambon yang hanya 450.000 TEUs.

Dia juga menekankan bahwa kapasitas dan arus barang di terminal peti kemas di Indonesia Timur rata-rata memang lebih kecil jika dibandingkan dengan Indonesia Barat, sehingga peralatan yang dibutuhkan tentu juga akan lebih sedikit.
Arus bongkar muat (throughput) di Belawan pada tahun 2021 misalnya, mencapai 1.115.358 TEUs, sementara Ambon baru 108.682 TEUs.

Dengan arus bongkar muat sebesar itu, tentu saja Belawan juga didukung 22 unit rubber tyred gantry crane (RTG), sedangkan TPK Ambon hanya ada lima RTG.

“Dalam melakukan standardisasi ini, SPTP tetap mempertimbangkan kelas pelabuhan. Karena itu, standardisasi dilakukan antara lain dengan mengoptimalkan aset atau peralatan, waktu operasi, dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) di masing-masing terminal, yang dibarengi dengan digitalisasi dan sistematisasi operasional terminal,” ujarnya, Selasa (13/12/2022).

Sampai September 2022, misalnya, SPTP merelokasi tiga unit derek dermaga (quay container crane/QCC) dan empat unit derek penumpukan (RTG). Rencananya, SPTP akan segera mengoptimalkan aset sebanyak 99 unit hingga 2025.
Relokasi dilakukan dari terminal yang utilisasinya masih rendah ke terminal yang volume bongkar muatnya meningkat.
Hal tersebut dilakukan setelah melakukan analisis kesesuaian alat yang segera dipindahkan dengan struktur fasilitas di lokasi tujuan.

Dengan optimalisasi peralatan tersebut, standardisasi operasi di terminal-terminal SPTP, diharapkan dapat dilakukan lebih cepat juga berkelanjutan.

“Pada tahap ini, target yang menjadi perhatian perusahaan adalah tingkat produktivitas yang konsisten, tingkat layanan yang seragam di seluruh terminal, dan identifikasi pelabuhan mana saja yang akan menjadi hub dan spoke,” tekannya.

Saat ini, TPK Nilam merupakan satu dari 15 terminal peti kemas dikelola SPTP pada 2022. Masih ada beberapa cabang Pelindo akan dioperasikan SPTP pada rentang waktu 2023-2025. Seperti diketahui, Penyerahan Terminal Peti Kemas (TPK) Nilam pada 1 Januari 2022 menjadi penanda alih operasi terminal tersebut dari PT Pelindo (Persero) kepada PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP).

Perusahaan ini adalah satu dari empat subholding dibentuk Pelindo pasca merger pada 1 Oktober 2021 lalu. Tiga subholding lainnya PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Solusi Logistik dan PT Pelindo Jasa Maritim. Subholding ini mengelola 12 terminal lainnya melalui tujuh anak perusahaan yaitu PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, PT IPC Terminal Peti Kemas, PT Terminal Teluk Lamong, PT Kaltim Kariangau Terminal, PT Prima Multi Terminal dan PT Prima Terminal Petikemas.