freightsight
Rabu, 24 April 2024

INFO INDUSTRI

Subholding Pelindo Terminal Petikemas Catat Kenaikan Peti Kemas 8,2 juta TEUs

14 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pelindotpk.co.id

SPTP mencatat kenaikan jumlah arus peti kemas sebesar 1,15 persen atau sebanyak 8,2 juta TEUs dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 8,1 juta TEUs.

PT Pelindo Terminal Petikemas menargetkan arus peti kemas sebanyak 11,65 juta TEUs dari 15 terminal peti kemas dan tujuh anak perusahaan (12 terminal). Sepanjang Januari hingga September 2022, Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) mencatat kenaikan jumlah arus peti kemas sebesar 1,15 persen atau sebanyak 8,2 juta TEUs dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 8,1 juta TEUs.

Direktur Utama Pelindo Terminal Petikemas, Muhammad Adji mengatakan, kunci kesuksesan proses transformasi perusahaan adalah komitmen dari kalangan internal pusat maupun terminal dalam meningkatkan kualitas pelayanan terminal peti kemas.

“Yang juga sangat penting dalam konteks ini adalah peningkatan keterampilan dan kompetensi SDM melalui serangkaian kegiatan pelatihan,” ujarnya melalui keterangan tertulis pada Selasa (13/12/2022).

Menurut Adji, serangkaian pelatihan pengembangan sumber daya manusia (SDM) meliputi control terminal operation dan technical planning control. Terkhusus bagi para pekerja operasional di daerah, perusahaan juga membuka kesempatan untuk melakukan on the job training sebagai bagian dari transfer of knowledge di terminal yang sudah memiliki standar operasional dan kinerja yang baik, di antaranya seperti IPD Terminal Petikemas, Jakarta International Container Terminal (JICT), TPS Surabaya dan Terminal Teluk Lamong.

“Dalam merealisasikan kegiatan tersebut kami membentuk tim yang berisikan para pegawai lintas terminal yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melakukan transformasi terminal peti kemas, sehingga mereka dapat melakukan transfer knowledge dan pengalaman kepada para pekerja di daerah. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai operasional peti kemas agar proses transformasi dapat berjalan dengan baik,” ucapnya.

Adji juga menekankan perlunya menyamakan budaya perusahaan (corporate culture) di tengah standar dan layanan operasional yang berbeda-beda setelah merger Pelindo.

“Kita tahu bersama bahwa sebelum merger, ada Pelindo I, II, III, dan IV yang kemudian menjadi satu. Masing-masing Pelindo memiliki kultur dan budaya yang sudah mengakar. Selain itu masing-masing terminal juga memiliki standar layanan dan operasional yang berbeda-beda,” ujarnya.

Menurut Adji, ketika perusahaan mengintegrasikan terminal peti kemas yang sebelumnya dikelola oleh masing-masing Pelindo, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyamakan visi dan misi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan membentuk kultur dan budaya baru sebagai bagian dari identitas Pelindo dan Pelindo Terminal Petikemas.

“Secara operasional, Pelindo Terminal Petikemas juga melakukan standardisasi agar semua perusahaan memiliki standar yang sama karena berada di bawah kelola Pelindo Terminal Petikemas,” ucapnya.

Di samping mendukung SDM yang andal, dukungan lain juga datang dari digitalisasi yang juga menjadi prioritas utama Pelindo Terminal Petikemas, yakni melalui Single Billing System dan Single Terminal Operating System (TOS).
Dua sistem tersebut yang akan diimplementasikan secara bertahap. Terminal Peti Kemas Makassar menjadi proyek percontohan untuk mengimplementasi TOS Nusantara.

“Target kami pada 2023 mendatang seluruh terminal peti kemas sudah menggunakan TOS Nusantara. Bagaimanapun implementasi ini membutuhkan proses,” ucapnya.