freightsight
Rabu, 8 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Sri Mulyani Beberkan Dampak Tapering the Fed ke RI

24 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Sri Mulyani

Sri Mulyani via news.ddtc.co.id

• Kemenkeu RI menyatakan bahwa dampak normalisasi kebijakan atau tapering Federal Reserve (The Fed) ke ekonomi Indonesia.

• BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2021 mengalami surplus sebesar 35,34 miliar dolar AS.

Sri Mulyani Kepala Menteri Keuangan (Kemenkeu) RI menyatakan bahwa dampak normalisasi kebijakan atau tapering Federal Reserve (The Fed) ke ekonomi dalam negeri.

Beliau pun mencoba membandingkan perbedaan efek dari tapering The Fed pada periode 2013 dan 2022 atau saat pandemi Covid-19 saat ini.

"Mengenai masalah tapering untuk 2013 saja Indonesia mengalami dampak sangat luar biasa tinggi karena Indonesia menghadapi current account deficit,” ungkapnya dalam video akun Youtube Kementerian Keuangan RI, Rabu (23/2/2022).

Ketika The Fed mengumumkan tapering pada Desember 2021 rupanya Sri Mulyani pun mencatatkan bahwa CAD Indonesia mengalami surplus karena kondisi neraca perdagangan sangat bagus.

Bank Indonesia juga telah melaporkan bahwa transaksi berjalan pada 2021 membukukan surplus sebesar 3,3 miliar dolar AS atau setara 0,3 persen dari PDB. Setelah sebelumnya mencatat defisit pada 2020 sebesar 4,4 miliar dolar AS atau setara 0,4 persen dari PDB.

Di samping itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2021 mengalami surplus sebesar 35,34 miliar dolar AS.

"Pada saat tapering, CAD Indonesia sedang surplus disebabkan trade account kita lebih bagus. Neraca perdagangan kita surplus 19 bulan berturut-turut. Bukan hanya itu saja, karena devisa kita tinggi. CAD kita tidak defisit dan ini memberikan bekal yang lebih baik dari sisi kekuatan kita," ungkapnya.

Kemenkeu juga mengatakan bahwa menguatnya perekonomian dalam negeri ini membuat Indonesia bisa menahan dampak tapering. Beliau juga melanjutkan bahwa membuat tingkat volatilitas atau degree of volatility menjadi tidak terlalu tinggi.

Walaupun demikian, Sri Mulyani tak menampik bahwa ada negara-negara yang rentan terdampak akibat gejolak ekonomi di Amerika Serikat.

"Indonesia Insyaallah jauh lebih baik karena CAD kita menurun, bahkan surplus, ekspor bagus, industri bagus. Ekspor pun rupanya juga tumbuh di atas 50 persen dan itu bukan hanya komoditas saja karena kita juga ekspor besi baja sehingga ada value," ungkapnya.