freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

INFO INDUSTRI

The Fed Naikkan Suku Bunga Lebih dari 3%, Investor Ramal Ekonomi Hancur

28 Januari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

• Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed) mempengaruhi nilai tukar rupiah ekspor dan impor di Tanah Air.

• Situasi ini juga mempengaruhi lonjakan harga komoditas internasional dan mendorong kinerja ekspor RI dalam jangka pendek.

Bank Sentral AS (The Fed) mengumumkan rencana kenaikan suku bunga akibat lonjakan inflasi selama 2021. Nyatanya ini berdampak pada nilai tukar rupiah dan aktivitas ekspor-impor Indonesia.

Kendati demikian, seperti diungkapkan Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kasan, situasi ini tidak mempengaruhi kinerja ekspor yang diperkirakan tetap mampu imbangi risiko meroketnya harga barang impor.

Kasan menambahkan, kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Penurunan tersebut secara tidak langsung akan berimbas pada kenaikan harga barang impor sekaligus menurunkan harga jual ekspor bagi pembeli.

“Secara khusus, kategori bahan baku dan penolong yang merupakan bahan impor industri dalam negeri akan mengakibatkan harga produksi meningkat,” kata Kasan, Rabu (26/1/2022).

Kasan juga mengatakan, kenaikan suku bunga AS berpotensi menyempitkan likuiditas keuangan di Amerika. Lalu lintas ekspor Indonesia ke Amerika pun akan terganggu akibat kenaikan bunga tersebut. Padahal bagi RI, Amerika tercatat sebagai destinasi ekspor terbesar kedua setelah China.

Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan Indonesia Eximbank bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada 2018, Kasan mengungkapkan bahwa implikasi nilai tukar rupiah dengan neraca perdagangan Indonesia secara agregat mengikuti fenomena kurva J.

Kasan memprediksi, dalam waktu singkat depresiasi nilai tukar rupiah akan mendorong jatuhnya neraca perdagangan. Walaupun dalam jangka panjang penurunan tersebut akan meningkatkan neraca jual beli internasional.

“Meski demikian, kinerja ekspor dan impor tidak hanya dipengaruhi nilai tukar saja,” jelas Kasan. Ia menambahkan, harga komoditas internasional akan terus meningkat, terutama komoditas energi, barang tambang, CPO, dan turunannya. Hal ini pada akhirnya akan mendorong kinerja ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Kinerja komoditas ini sekaligus menyeimbangkan risiko melonjaknya harga bahan baku impor akibat pelemahan rupiah.

Sebagai informasi, pada notulensi rapat terakhir The Fed yang terbit minggu lalu disebutkan kenaikan suku bunga terjadi lebih dari tiga kali. Namun Analis Goldman Sachs sebagaimana diwartakan Bloomberg meyakini kenaikan suku bunga tahun ini akan terjadi minimal 4 kali.

Pada akhirnya, kenaikan suku bunga The Fed berdampak langsung pada pelemahan kurs rupiah terhadap dolar. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi pelaku ekspor-impor yang mayoritas transaksinya menggunakan dolar.