freightsight
Rabu, 24 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Setelah Varian Omicron Merebak, Hal Ini Jadi Perhatian ALFI

5 Januari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Pengiriman laut

Shippment © dendoktoor via Pixabay

• Akbar Djohan selaku Sekjen Asosiasi dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyampaikan dengan merebaknya varian baru virus Covid-19, Omicron, kini menyebabkan adanya ketidakpastian untuk para pelaku logistik.

• Untuk industri komoditas seperti furniture, garmen, baja dll, biasanya sudah memiliki pengiriman yang memang terjadwal, dan memiliki kontrak jangka panjang dengan pihak penyedia jasa logistik dan pelayanan supaya bisa melakukan alokasi jumlah kontainer sesuai dengan kebutuhan mereka.

Akbar Djohan selaku Sekjen Asosiasi dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyampaikan dengan merebaknya varian baru virus Covid-19, Omicron, kini menyebabkan adanya ketidakpastian untuk para pelaku logistik untuk menghadapi situasi tahun 2022.

Akbar mengatakan bahwa kekhawatiran utama yang dimiliki oleh para pelaku usaha logistik terhadap varian bari ini adalah adanya potensi terjadi lonjakan tarif ocean freigh. Karena itu, para pelaku usaha berharap adanya kepastian suplai ruang kapal dan kontainer dalam negeri atau domestik untuk tahun 2022 nanti.

Mengingat sebagian besar pengiriman di Indonesia adalah menggunakan jalur laut, maka dua hal di atas menjadi hal yang sangat penting demi menjaga ketersediaan berbagai macam komoditas.

"Ini yang perlu diwaspadai stakeholder nasional dan kementerian terkait jangan sampai terjadi kenaikan biaya kapal dan kontainer. Sehingga justru bisa menaikkan harga komoditas tersebut," ujarnya, Kamis (23/12/2021).

Dia menilai dengan adanya kepastian ketersediaan kapal dan kontainer dalam negeri maka, nantinya akan berdampak baik pada kepastian harga dan ketahanan rantai pasok komoditas strategis essensial dan penting.

Lebih lanjut, Akbar juga mengatakan bahwa jenis dan sektor industri juga turut memengaruhi ketersediaan kontainer. Misalnya, untuk industri manufaktur, furniture, baka, makanan, dan minuman, dan tekstil biasanya akan melakukan perencanaan jangka panjang dalam pengiriman.

Berbagai industri komoditas yang disebutkan di atas biasanya sudah memiliki pengiriman yang memang terjadwal, dan memiliki kontrak jangka panjang dengan pihak penyedia jasa logistik dan pelayanan supaya bisa melakukan alokasi jumlah kontainer sesuai dengan kebutuhan mereka.
Namun, kondisi berbeda nampaknya harus dihadapi oleh UMKM yang tidak memiliki kontrak jangka panjang dengan pihak penyedia jasa logistik dan pasar internasional. Hal tersebut pada akhirnya juga membuat UMKM memiliki tantangan lain, yakni harus berusaha memenuhi target untuk bisa memenuhi produksi ekspor atau pembelian di luar negeri.

"Terkait dengan UMKM ini, sebagai penyedia logistik memberikan edukasi dan mendorong UMKM bersama sama melakukan kolaborasi sehingga barang-barang tersebut bisa dikonsolidasikan di pelabuhan tertentu yang sudah mencukupi target minimum shipping line," imbuhnya.

Dengan demikian, maka tidak akan ada pihak yang dirugikan. Nantinya, pihak pelayaran akan bisa mencapai titik impas jumlah muatan, sedangkan pemilik UMKM akan bisa mengangkut barang dengan harga yang tetap wajar.

"Ada keseimbangan pemilik kargo serta shipping line dan buyer overseas. Upaya-upaya tersebut untuk mempertahankan kontribusi di tengah ancaman Omicron," jelasnya.