freightsight
Sabtu, 27 April 2024

PENGIRIMAN LAUT

Russia-Ukraina Perang, Bagaimana Nasib Kapal Dry Bulk?

18 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kapal dry bulk

Kapal Dry Bulk via Pixabay

• Rusia dan Ukraina menjadi dua negara pemimpin eksportir komoditas curah kering. Rusia dengan komoditas utamanya berupa batu bara, biji-bijian, pupuk, dan produk baja. Sementara Ukraina memimpin dalam produk biji-bijian, biji besi, hingga produk baja.

• Rusia dan Ukraina tengah berada dalam ketegangan yang berlangsung cukup pelik. Bahkan berpotensi menjadi perang skala penuh hingga berdampak pada terhambatnya jalur ekspor komoditas produk tersebut.

Saat ini tercatat ada 700 kapal dry bulk yang mengangkut komoditas ekspor dari Rusia ke Ukraina maupun sebaliknya. Di tengah kondisi memanas antara kedua negara tersebut, bagaimana nasib kapal dry bulk jika perang benar-benar pecah?

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia dan Ukraina menjadi dua negara pemimpin eksportir komoditas curah kering. Rusia dengan komoditas utamanya berupa batu bara, biji-bijian, pupuk, dan produk baja. Sementara Ukraina memimpin dalam produk biji-bijian, biji besi, hingga produk baja.

Kedua negara tersebut tengah berada dalam ketegangan yang berlangsung cukup pelik. Bahkan berpotensi menjadi perang skala penuh hingga berdampak pada terhambatnya jalur ekspor komoditas produk tersebut.

Setiap bulannya, tercatat ada lebih dari 700 kapal curah kering (dry bulk) yang mengangkut semua komoditas kering dari Rusia – Ukraina dan sebaliknya. Nasib kapal-kapal tersebut dikhawatirkan bila kedua negara benar-benar mengibarkan bendera perang. Bahkan mengancam terhentinya aktivitas ekspor dari kedua negara tersebut.

Kapal-kapal ini pasti akan pindah mencari pasar lain dan reaksi ini akan berdampak pada pergelokan pasar akibat ketidakseimbangan. Pasar ekspor curah kering akan menghadapi pukulan ganda. Di satu sisi supply akan meningkat, namun di sisi lainnya demand akan merosot.

Sebagai informasi, Rusia memasok 42% dari total impor sejumlah negara di Uni Eropa sepanjang 2021 dan memenuhi 16% kebutuhan batu bara global. Jika adanya perang menghentikan aktivitas perdagangan batu bara dari Rusia, maka pasokan global tidak akan mampu menutupi kekurangan pasokan dari Rusia. Akibatnya, harga batu bara akan meroket dan permintaan dari negara Asia akan dibatasi. Pada akhirnya permintaan perdagangan dan pengiriman batu bara internasional akan terganggu.

Selama bertahun-tahun, sebagian besar negara-negara Eropa telah menghindari tenaga nuklir dan beralih menggunakan pembangkit listrik bahan bakar gas untuk memenuhi kebutuhan listrik domestik. Rusia memasok sepertiga kebutuhan gas Uni Eropa dan sebagian besar gas datang melalui pipa yang melintasi Ukraina. Jika perang terjadi, pasokan gas juga akan terpengaruh dan dunia harus bersiap dengan kenaikan harga gas yang akan menekan batu bara.