freightsight
Rabu, 4 Desember 2024

PENGIRIMAN LAUT

Rusia Blokir Pelabuhan, Ukraina Gagal Ekspor Jutaan Ton Produk Pertanian

29 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Ukraina

Pelabuhan Ukraina via port.today

Rusia blokir pelabuhan Ukraina, negara itu gagal ekspor jutaan ton gandum dan jagung.

Blokade pelabuhan oleh pasukan Rusia mengakibatkan Ukraina tercancam kehilangan pendapatan dari ekspor biji-bijian senilai US$6 miliar atau setara Rp 85,8 triliun.

Kondisi ini mencegah Ukraina melakukan ekspor jutaan ton gandum dan jagung yang sebelumnya di alokasikan pada pengiriman Juni 2022.

Dilansir dari Reuters, hal itu disampaikan oleh pejabat senior sektor industri setempat. Negara-negara yang bergantung pada impor gandum Ukraina di antaranya adalah Turki, Yaman, dan Mesir perlu mencari pasokan alternatif.

Sebelumnya perang Rusia dan Ukraina akan berdampak pada krisis pangan global. Ukraina sendiri merupakan produsen utama biji-bijian dan minyak. Mereka menyumbang 98% sereal dunia melalui pengiriman pelabuhan dan sebagian kecil kereta api.

Menurut data yang dikeluarkan International Grains Council, negara yang menghadapi serangan militer Rusia itu juga merupakan eksportir biji-bijian terbesar keempat di dunia pada periode 2020-2021. Sementara Rusia menempati posisi ketiga.

Kedua negara itu menyumbang sebanyak 22% ekspor biji-bijian global. Namun dengan tertahannya kapal kargo meninggalkan pelabuhan oleh angkatan laut Rusia di lepas pantai selatan Ukraina, termasuk pusat pelabuhan utama Odesa di Laut Hitam, ekspor biji-bijian terhenti sejak dimulainya perang pada 24 Februari lalu.

Para pejabat kepelabuhanan Ukraina mengatakan, perang menyebabkan sekitar 100 kapal berbendera asing terdampar di pelabuhan.

“Kami akan mencapai potensi kerugian sebebsar US$6 miliar,” ujar Ketua Asosiasi Biji-Bijian Ukraina, Mykola Gorbachev seperti dilansir dari Reuters.

Dia menambahkan, Ukraina memiliki sekitar 20 juta ton gandum dan jagung yang masuk dalam kuota ekspor sepanjang 2021/2022, yang dijadwalkan akan berakhir pada Juni mendatang dengan harga rata-rata US$300 per ton.

Dalam keterangan Gorbachev, dengan jumlah sebanyak itu, tidak mungkin bagi Ukraina mengangkutnya dengan kereta api.

“Kereta api memiliki kapasitas throughput yang terbatas yaitu 600 ribu ton per bulan, jumlah ini hanya sepersepuluh dari apa yang mampu ditangani pelabuhan sebelum perang. Pada tahun 2021, Ukraina tercatat akan melakukan ekspor sebesar US$27 miliar untuk produk pertanian, yang mana merupakan setengah pendapatan dari kegiatan ekspor keseluruhan,” paparnya.

“Sekarang Ukraina kehilangan sektor ini,” tambah Gorbachev.

Sementara itu, Program Pangan Dunia menjelaskan, supply chain bahan makanan Ukraina terancam runtuh dengan hancurnya infrastruktur utama seperti jembatan dan kereta api akibat bom yang dijatuhkan ketika perang.

Terlebih dengan banyaknya gudang dan toko kelontong yang kosong akibat serangan tersebut.