freightsight
Rabu, 8 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Quo Vadis Logistik Domestik Indonesia: Kondisi Dahulu, Saat Ini Dan Di Masa Depan

7 Desember 2022

|

Penulis :

Norlina Pasaribu

kontainer

via unsplash

Logistik merupakan sebuah hal penting di Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan menjadi salah satu faktor penting yang mewajibkan adanya sistem logistik yang memadai untuk mendukung lancarnya transportasi barang dari dan ke seluruh bagian Indonesia. Sistem logistik yang handal (robust logistic) diperlukan untuk menjaga aliran barang tidak tersendat dan tidak mencederai perekonomian bangsa.

Sistem logistik di Indonesia sendiri sudah jauh berkembang sejak masa prasejarah (Balai Arkeologi, 2020). Sejarawan mencatat bahwa manusia purba yang menempati pedalaman kepulauan di Nusantara ini telah aktif melakukan perdagangan dengan manusia purba yang tinggal di wilayah pesisir. Mereka menggantungkan kebutuhan mereka kepada para pedagang yang secara rutin mengunjungi pedalaman dan pesisir setiap harinya. Pada era kerajaan, sistem logistik juga membawa pengaruh yang besar. Seiring dengan mengalirnya perdagangan barang antar benua melalui Jalur Sutra, Arab, India, dan Tiongkok mulai berpengaruh di Nusantara (McKinnon, 1990). Pengaruh tersebut mengalir dan masih kita rasakan hingga saat ini. Kebudayaan, agama, dan sistem pemerintahan dari benua-benua tersebut berasimilasi dan membentuk apa yang kita jalani selama ini. Pada masa kolonialisme Eropa, jaringan logistik mendapat pembaruan dan secara drastis. Modernisasi infrastruktur dan sistem pencatatan arus keluar masuk barang merupakan hal yang menandai masa ini (Gaastra, 2007).

Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk sebesar 276 Juta jiwa menjadi sebuah produsen sumber daya alam sekaligus sebagai pasar besar bagi perdagangan ekonomi dunia (Sekretariat Kemendagri, 2022) . Banyak transaksi dan aktivitas perdagangan yang telah terjadi akibat kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini aktivitas perdagangan sangat bergantung fasilitas logistik yang bertanggung jawab dalam pelayanan pengiriman barang mulai dari alur perpindahan suatu produk dan penyimpanan barang, pengiriman, termasuk rantai pasok hingga ke tujuan pelanggan akhir. Pada tahun 2010-2019 tercatat bahwa grafik pertumbuhan dari PDB terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan mengalami peningkatan yang sangat baik setiap tahunnya. Catatan rata-rata pertumbuhannya adalah antara 7,31% per tahun (Kusnandar, 2022) .

Quo vadis.png
Nilai dan Pertumbuhan PDB Sektor Transportasi dan Pergudangan (2010-2021)
Sumber: katadata.id, 2022

Walaupun sektor logistik Indonesia dalam 10 tahun terakhir menunjukan pertumbuhan yang nyata, proses operasional logistik Indonesia di abad 21 ini masih menghadapi beberapa kendala dan masalah yaitu:

1. Mahalnya biaya Operasional
Mengutip dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, menilai bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki biaya logistik termahal di dunia. Tercatat biaya logistik di Indonesia sebesar 24% biaya dari PDB atau senilai 1.820 triliun per tahun dan biaya logistik tersebut merupakan biaya logistik yang paling tinggi dari negara Malaysia yang hanya 15% dari PDB dan Amerika Serikat dan Jepang hanya sebesar 10% per tahun.

2. Prasarana Logistik Konvensional
Dikutip dari, dephub.go.id bahwa pelayanan logistik di Indonesia masih dikatakan buruk. Waktu pengiriman, biaya pengiriman, dan pengiriman barang ke pelanggan masih belum maksimal. Kondisi ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana logistik Indonesia seperti jalan, pelabuhan, dan hubungan antarmoda.

3. Ancaman Resesi Global
Memasuki akhir tahun 2022, Pemerintah telah memberikan sinyal kepada seluruh warga negara Indonesia tentang prediksi resesi dan ketidakpastian perekonomian dunia yang akan terjadi pada tahun 2023. Menyikapi hal tersebut, pelaku usaha di bidang logistik mulai mewaspadai kondisi perekonomian tersebut. Berdasarkan data, telah terjadi penurunan aktivitas impor selama dua bulan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan peringatan pemerintah bahwa resesi ditandai dengan adanya pelemahan aktivitas ekonomi dunia, permintaan dari negara maju semakin melandai, harga komoditas yang semakin lemah, hingga pada terjadinya arus pembalikan modal (capital reserval).

Menyikapi kelebihan dan kekurangan tersebut, dunia logistik domestik di Indonesia perlu untuk diimprovisasi. Terdapat beberapa metode yang bisa dikembangkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Salah satu yang bisa secara masif diterapkan adalah Supply Chain Agility (CLEO, 2022) adapun komponen dari sistem tersebut adalah oleh sebagai berikut:

1. Digitalisasi
Digitalisasi dalam sistem ini adalah transformasi dan standarisasi sistem regulasi, pencatatan, pergudangan (Warehouse Management System) dan informasi terhadap pengguna jasa (Customer Service). Digitalisasi akan memangkas kerumitan administrasi dan birokrasi dalam logistik. Pemerintah Indonesia sejauh ini telah melakukan digitalisasi dalam sektor regulasi melalui penyederhanaan regulasi terkait kepelabuhanan yang menunjang kemudahan dalam berinvestasi dengan Online Single Submission (OSS). Pada tahun 2019, kebijakan tersebut sudah berjalan pada 32 pelabuhan di seluruh Indonesia. Digitalisasi dalam sektor lain merupakan hal yang harus dikembangkan di era berikutnya.

2. Integrasi
Setelah digitalisasi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah integrasi. Integrasi dibagi menjadi dua yakni Integrasi Data dan Integrasi Infrastruktur. Setelah melalui proses digitalisasi, integrasi data antar sektor akan mudah dilakukan. Integrasi dalam tahap data ini akan memudahkan pelaku sistem logistik untuk mengevaluasi dan memprediksi strategi yang efektif untuk mengoptimalkan sistem logistik yang ada. Integrasi Infrastruktur di sisi lain menunjang pemerataan pembangunan dan sistem logistik. Pemerintah telah merintis proses integrasi secara infrastruktur melalui pembangunan tol lintas pulau, sistem ferry (tol laut), dan pembukaan 113 trayek perintis yang diharapkan dapat mengurangi disparitas harga bagi beberapa wilayah di Indonesia.

3. Kolaborasi melalui Pembukaan Peluang Investasi
Menurut data BPS 2018, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional masih berada di bawah 15 %, atau hanya sekitar 13,32 persen. Dalam menyikapi hal tersebut, Pemerintah merencanakan pengembangan pelaksanaan perbaikan logistik. Mereka telah membuka peluang investasi di bidang sektor laut baik bagi pelaku bisnis di domestik maupun mancanegara. Inisiatif yang baik ini perlu disosialisasikan secara meluas dan intensif, sehingga kedepannya terbentuk ekosistem logistik yang tangkas dan tangguh.