INFO INDUSTRI
26 April 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
• Di tengah perang terus berkecamuk di Ukraina, pasokan baja ke Eropa surut.
• China lebih banyak mengalokasikan ekspor bahan bakunya ke Eropa karena harga tinggi.
Di tengah perang terus berkecamuk di Ukraina, pasokan baja ke Eropa surut membuat mengerek harga di Benua Biru itu. Hal tersebut disinyalir sebabkan industri hilir baja dalam negeri tertekan pasokan bahan baku karena banyaknya aliran ekspor ke Eropa.
Bukan hanya dampak perang saja, rantai pasok baja juga terpukul lockdown yang meluas di China. Institut Besi dan Baja Asia Tenggara (SEAISI) mencatat pabrik regional di Indonesia dan Vietnam mengekspor ke pasar dengan harga lebih baik.
SEAISI melaporkan pabrik di Indonesia menjual slab seharga 1.050 dolar AS per ton ke Italia pada 11 Maret 2022.
Seorang trader di Jakarta dalam laporan SEAISI, dikutip Sabtu (16/4/2022) mengatakan bahwa tujuan [ekspor] mereka adalah Eropa dimana mereka bisa mendapatkan lebih dari US$1.000 per ton.
Adapun, sebuah pabrik Vietnam menjual 30.000 ton slab seharga 1.010 dolar AS per ton ke Eropa pada minggu ketiga Maret 2022.
Seretnya pasokan bahan baku bagi industri baja dalam negeri diakui PT Tata Metal Lestari dan Stephanus Koeswandi selaku wakil Presiden Direktur Tata Metal saat berbincang dengan Bisnis menyatakan pihaknya tertekan dari dua sisi, pasokan bahan baku dari industri antara dan aliran impor barang jadi dengan standar rendah harga murah.
Stephanus mengatakan posisi produsen BjLAS [Baja Lapis Aluminium Seng] dalam negeri terjepit. Di atas bahan baku susah dan konsumen mendapatkan material yang lebih murah karena tidak masuk standar.
Stephanus mengatakan kuantitas pasokan berkurang dari hulu yang berimbas ke pelaku industri antara dan hilir. Waktu tunggu pemenuhan pesanan sekarang membutuhkan dua hingga tiga bulan, dari hanya satu bulan.
Pada Ramadan dan jelang Lebaran, Stephanus menggenjot stok bahan baku mengamankan kebutuhan produksi bulan-bulan mendatang.
Beliau juga menjelaskan supplier-nya Krakatau Steel tidak mendapatkan bahan baku slab secara kuantitas cukup, ditambah harganya meningkat, bahkan lebih tinggi dari tahun lalu sehingga terganggu.
Bahan baku impor hanya menyumbang 15 persen dari total kebutuhan Tata Metal dan sebanyak 85 persennya dipenuhi dari pemasok dalam negeri seperti PT Krakatau Posco juga PT Dexin Steel Indonesia.
Di samping itu, pasokan bahan baku dari China terbatas. China lebih banyak mengalokasikan ekspor bahan bakunya ke Eropa karena harga tinggi.
Beliau mengatakan beberapa pabrikan Krakatau Posco dan Dexin punya peluang baik di Eropa karena Eropa membutuhkan slab ini dan akhirnya material ini jadi pergi ke luar negeri.
Pelaku industri baja hilir lainnya PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau Spindo diversifikasi pemasok bahan baku di tengah gejolak geopolitik dunia dan lonjakan harga.
Spindo Johanes selaku Chief Strategy Officer Edward mengatakan perseroan mengimpor sebagian bahan bakunya dari China, tetapi dipastikan sekarang pasokan dalam kondisi aman karena tak mengandalkan China.
Beliau mengatakan pemasoknya bukan hanya dari China, tetapi Korea, Jepang dan lokal.
Sepanjang tahun lalu Spindo membeli bahan baku sebesar 346.064 ton dimana 43,6 persen diantaranya atau sebesar 149.418 ton impor dan 56,4 persen atau 196.646 disuplai oleh produsen dalam negeri.
Bukan hanya risiko kemacetan rantai pasok, industri baja menghadapi kenaikan harga tinggi akibat perang Rusia-Ukraina, tetapi Johanes mengaku dampaknya ke perseroan dapat diantisipasi sampai sekarang.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi