freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

Lonjakan Impor Baja yang Sampai 48% Mendapat Sorotan Dari Asosiasi

1 November 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Pabrik pengiriman baja

Interior view of a steel factory © Fanjianhua via ...

Baru-baru ini, telah terjadi lonjakan impor baja (HS Code 72) Januari-Juni 2021, telah mencapai 3,4 juta ton atau senilai USD 2,9 milliar. Melihat nilai yang kini ada, ternyata kenaikan yang terjadi cukup signifikan, yakni sebanyak 18% jika dibandingkan dengan periode yang sama. Tingginya lonjakan ini, pada akhirnya membuat asosiasi besi dan baja nasional (IISIA)

“Kenaikan impor terbesar untuk kategori flat product terjadi pada product cold colled coil/sheet (src/s),” ujar silmy karim selaku kata ketua IISIA pada keterangan resmi, Senin, 18 Oktober 2021.

Pada kesempatan yang sama, ia menyatakan bahwa impor cold colled coil, kini berhasil mencapai USD 795 juta, dengan demikian nilai kenaikan tersebut adalah sebesar 48%. Tidak hanya itu, nilai impor yang juga mengalami peningkatan adalah coated sheet yang mana mampu mencapai USD 788 juta, yang mana ini menunjukkan kenaikan sebesar 35%.
Sedangkan kenaikan pada long product terjadi pada produk bar, yang mana kenaikan ini mencapai sebesar 20% atau senilai USD 239,5 juta.

Ternyata lonjakan impor juga memungkinkan untuk memberikan dampak yang kurang baik, khususnya untuk keberlangsungan produsen produk serupa di tanah air.

Silmy juga menyampaikan bahwa produsen produk hot rolled coil (HRC) lokal juga ikut terancam. Karena, HRC sendiri adalah sebuah produk turunan dari crc/s dan coanted sheet.

“Jika impor baja terus meningkat, maka industri baja nasional akan sulit berkembang” ujar Silmy.

Sebenarnya, saat ini, Indonesia memang sudah menerapkan upaya untuk melakukan pengendalian impor yang diatur dalam kebijakan tata niaga impor persetujuan impor (PI). Akan tetapi, nyatanya berbagai kebijakan tersebut masih kurang cukup.

Karena, kebijakan yang saat ini ada ternyata hanya melakukan pengendalian pada masalah impor batu baja dari sisi volume saja. Sebaliknya, kebijakan yang saat ini ada, ternyata tidak bisa memengaruhi atau mengubah struktur harga baja impor yang masuk secara unfair trade. Padahal, menurut pengamatan Silmy, produk baja impor yang kini masuk pada pasar domestik tidak dilakukan secara fair.

Bagikan artikel ini: