freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Mahalnya Biaya Ekspor di Indonesia Bikin Bos Kadin Angkat Bicara

2 November 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Working on Bills

Entrepreneur Working on Bills © Pressfoto via Free...

Arsjad Rasjid, selaku Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dalam acara pengenalan pengurus kamar Kadin Indonesia, masa bakti 2021-2026, menyinggung tentang mahalnya biaya ekspor. Hal ini tidak lain adalah akibat kelangkaan kontainer yang kini terjadi, dan mau tidak mau harus dihadapi oleh para eksportir Indonesia.

Menurut Arsjad, akibat kelangkaan kontainer yang kini terjadi, secara langsung berpengaruh pada optimalisasi surplus neraca dagang, seiring dengan meningkatnya ekspor sejumlah produk di Indonesia. Sebagai contoh, ketua umum Kadin Indonesia menyebutkan ekspor produk mebel dan tekstil yang kini mengalami peningkatan pesat di tengah terjadinya perang dagang China dan Amerika Serikat.

“Namun, kita ekspor logistiknya mahal, itu memang masalah dunia, tetapi secara Indonesia mesti memikirkan kalau kita berpikir Indonesia yang incorporated bagaimana logistiknya kita bisa lakukan secara bersama,” ujar Rasyid pada Rabu (20/10/221).

Kondisi di atas membuat Arsjad pada akhirnya meminta pada semua dewan pengurus Kadin yang baru, untuk melakukan kerjasama dengan baik, dalam upaya pengurangan biaya dari kegiatan ekspor barang-barang dalam negeri. Karena, hal ini diyakini akan mampu membantu pertumbuhan ekspor di Indonesia jadi optimal.

“Di situlah kita bisa bekerjasama walaupun kita berkompetisi sebagai pengusaha di mana hal-hal yang bisa kita satukan untuk untuk kita bisa berperang melawan negara lain, karena setiap negara ingin menurunkan biaya logistik mereka,” lanjutnya.

Muhammad Lutfi, selaku Menteri Perdagangan menyampaikan bahwa sampai kini Indonesia masih mengalami berbagai kesulitan untuk merebut pasar ekspor yang beberapanya telah ditinggalkan oleh China. Yang mana, salah satu kendala tersebut adalah karena kelangkaan kontainer yang kini terjadi, jumlah kelangkaan tersebut bahkan mencapai 5.000 unit per bulannya.

“Dampak dari kelangkaan kontainer itu, kita tidak bisa memanfaatkan pesanan yang begitu besar untuk mengisi kekosongan yang biasanya disuapi oleh China, itu konsekuensi yang ingin kita elakan,” kata Lutfi ketika melakukan konferensi pers, Jakarta, Kamis (30/9/2021).