freightsight
Sabtu, 16 November 2024

INFO INDUSTRI

Kadin Kembangkan Inclusive Closed Loop Kelola Rantai Pasok Jagung

10 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ladang Jagung via republika.co.id

Skema ini berupa pendampingan secara end to end bagi petani jagung, sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke modal hingga kebutuhan sarana produksi.

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Pertanian mengembangkan sistem kemitraan inclusive closed loop dalam pengelolaan rantai pasok jagung. Skema ini berupa pendampingan secara end to end bagi petani jagung, sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke modal hingga kebutuhan sarana produksi.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pertanian Arif P Rachmat saat membuka Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Transformasi Industri Jagung Nasional untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Peningkatan Ekonomi Nasional di Jakarta pada Kamis (6/10/2022).

“Skema (inclusive closed loop, red) menempatkan kelompok petani di pusat ekosistem bisnis. Petani mendapatkan kemudahan berbagai akses, mulai dari dukungan finansial berupa pinjaman permodalan dari bank, akses ke kebutuhan sarana produksi, dukungan pemerintah pemerintah hingga akses pasar dalam hal kepastian penjualan hasil produksi ke offtaker,” kata Arif.

Data menunjukkan bahwa produksi jagung dari tahun ke tahun mengalami laju yang positif. Menurut Arif, capaian ini mengindikasi motivasi petani dalam berbudidaya tanaman jagung sangat tinggi. Meski demikian, masih banyak kendala yang dialami oleh petani: baik dari segi peningkatan produktivitas atau dalam penerapan pola pertanian yang berkelanjutan. Sehingga Kadin mendorong skema inclusive closed loop dalam pengelolaan rantai pasok.

“Closed loop adalah pendampingan yang melekat, pendampingan yang end-to-end,” jelas Arif.
Ia menambahkan, skema inclusive closed loop ini menjadi salah satu butiran rekomendasi yang diajukan oleh Task Force B-20 for Trade & Investment. Arif mengatakan Indonesia tidak melakukan impor jagung untuk kebutuhan bahan pakan ternak selama tiga tahun terakhir.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), lanjut Arif, juga belum lama ini memberikan apresiasinya terhadap industri karena adanya peningkatan produktivitas jagung. Jokowi mengatakan panen petani jagung naik dari 4 ton/hektare menjadi 8 ton/hektare berkat adanya pendampingan. Sehingga membantu mengurangi impor dan bahkan memulai ekspor.
“Pesan Presiden harus kita terus bantu, sehingga lebih banyak lagi di seluruh Indonesia hal-hal kesuksesan bisa kita rasakan, terutama untuk UMKM dan petani jagung. Serta kesinambungannya juga untuk peternak ayam dan seterusnya,” kata Arif.

Dirinya berharap diskusi FGD Kadin kali ini bisa membantu merumuskan arah dan strategi untuk memperkuat ketahanan pangan.

“Serta bagaimana memposisikan Indonesia sebagai lumbung jagung setidaknya untuk di Asia Tenggara dengan kondisi surplus dan produksi yang akan kian bertambah setiap tahun ke depannya,” ungkap Arif.

“Perbaikan dan bagaimana yang diperlukan dalam sistem tata niaga nasional agar dapat terjadi peningkatan kesejahteraan, bukan hanya petani jagung saja, tetapi juga peternak unggas ke telur untuk pembuatan bahan pakan. Sehingga terjadi kesinambungan dalam industri ini secara end-to-end, pendampingan yang melekat, inclusive closed loop,” kata Arif.

Dalam paparannya, Arif mengatakan sebagian besar jagung yang diproduksi dalam negeri digunakan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Namun, jagung bisa menjadi bahan baku untuk produksi bahan makanan seperti tepung jagung, minyak nabati dan lain-lain.

"Kegunaan jagung sangat beragam. Potensi produksi jagung untuk produk nonpakan masih terbuka lebar," imbuh Arif.

Sebagai informasi, data USDA 2022 melaporkan produksi jagung nasional mencapai 34,4 juta ton.
Data yang ditampilkan pada FGD Kadin menunjukkan bahwa 66,37% pemanfaatan jagung di Indonesia ditujukan untuk industri dan 33,63% untuk kebutuhan konsumsi. Untuk industri, sekitar 22% untuk pakan peternak telur, sedangkan 45% untuk pabrik pakan ternak. Khusus konsumsi, 2% jagung yang diproduksi untuk konsumsi langsung, 24% bahan baku industri pangan. Lalu, 7% untuk pengunaan lainnya.