freightsight
Jumat, 26 April 2024

IMPOR

Investasi Hilirisasi DME bisa Kurangi Impor LPG di Indonesia

17 Mei 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Impor LPG

Hilirisasi DME via mediaindonesia.com

Menteri Investasi mengatakan investasi hilirisasi batu bara menjadi DME oleh perusahaan Amerika Serikat, Air Products & Chemicals.

Melalui proyek gasifikasi batu bara tersebut, produk DME yang telah dihasilkan dapat menggantikan LPG yang selama ini telah dipasok melalui impor.

Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi/Kepala BKPM mengatakan bahwa investasi hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) oleh perusahaan Amerika Serikat, Air Products & Chemicals yang mampu membuat Indonesia bisa mengurangi impor LPG.

Pendapat Bahlil tersebut juga telah dikemukakannya saat sedang mendampingi Joko Widodo selaku Presiden RI saat bertemu dengan Air Products & Chemicals di Washington DC, Amerika Serikat pada Kamis (12/5/2022) waktu setempat untuk menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) investasi gasifikasi batu bara dan turunannya di Indonesia yang nilainya 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 219,5 triliun.

Bahlil juga telah memberikan keterangan pers melalui akun YouTube Sekretariat Presiden yang dipantau di Jakarta pada hari Jumat (13/5/2022) bahwa ini adalah bagian dari adanya upaya dari Pak Joko Widodo selaku Presiden RI untuk bagaimana bisa membangun hilirisasi, produknya juga bisa menjadi substitusi impor. Untuk DME pihaknya juga telah bahwa menargetkan 50 persen dari total impor juga bisa melakukan processing dari dalam negeri.

Bahlil juga menjelaskan bahwa dari total investasi senilai 15 miliar dolar AS tersebut, sudah ada tiga proyek yang sudah berjalan. Salah satunya proyek hilirisasi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan yang juga merupakan kerja sama dengan Air Products, PT Bukit Asam Tbk dan PT Pertamina.

Melalui proyek gasifikasi batu bara tersebut, produk DME yang telah dihasilkan dapat menggantikan Liquid Petroleum Gas (LPG) yang selama ini telah dipasok melalui impor dengan nilai Rp 80 triliun per tahunnya. Berdasarkan data terakhir, Indonesia juga melakukan impor LPG sebanyak 7 juta hingga 8 juta ton per tahunnya.

Bahlil juga mengatakan bahwa hal ini sangat menguras devisa pihaknya, bahkan untuk subsidi per 1 juta ton itu kurang lebih Rp 13 triliun, sehingga total subsidi untuk gas LPG tidak kurang dari sekitar Rp 80 triliun hingga Rp 90 triliun untuk per tahunnya.

Dengan demikian, tentu saja Presiden RI pun juga memerintahkan supaya proyek kerja sama dengan Air Products bisa lebih optimal dalam upaya membangun hilirisasi DME sehingga bisa mengurangi kebutuhan impor LPG.

Air Products & Chemicals ini juga merupakan perusahaan pengolahan gas dan kimia asal AS yang berdiri sudah sejak 1940. Pada tanggal 4 November 2021 Air Products telah menandatangani MoU menggandeng BUMN dan perusahaan nasional untuk empat proyek.

Adapun empat proyek tersebut yakni proyek batu bara yang menjadi Dimethyl Ether (DME) dengan PT Indira Energy Tbk, proyek gas alam yang menjadi amonia biru bersama PT Butonas Petrochemical Indonesia, proyek batu bara yang menjadi DME bersama PT Batulicin Enam Sembilan juga proyek gasifikasi batu bara untuk produksi metanol bersama PT Bukti Asam.

Bukan hanya itu saja, Air Products rupanya juga menambah bahwa investasi yang sebesar 3 miliar dolar AS itu dalam pengembangan energi baru yang terbarukan bersumber dari air.

Bahlil juga mengatakan bahwa Air Products akan lebih fokus untuk bagaimana caranya mengelola bendungan-bendungan yang telah dimiliki oleh Negara yang telah dibangun oleh Kementerian PUPR untuk bisa dibangun hidrogen.