freightsight
Minggu, 24 November 2024

PENGIRIMAN LAUT

INSA Yakin Industri Pelayanan Tumbuh di tahun 2023 Walaupun Ada Risiko Resesi

2 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pixabay

Industri pelayaran masih berat di tengah ancaman resesi global 2023.

Nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar.

Tantangan industri pelayaran masih berat di tengah ancaman resesi global tahun 2023. Meskipun terjadi pemulihan dari dampak pandemi, ancaman resesi meningkatkan resiko di bisnis ini karena kebijakan moneter di banyak negara semakin mengetat.

Namun, asosiasi industri pelayaran di Tanah Air optimis ekonomi nasional kuat menghadapi tantangan global. Sehingga industri pelayanan diperkirakan bisa tumbuh, tetapi perlu berhati-hati. Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP INSA menilai sektor pelayaran nasional tidak terlalu terdampak dari sentimen negatif kondisi ekonomi 2023.

“Banyak lembaga memproyeksikan ekonomi nasional masih di jalur pertumbuhan positif di tahun depan. Tapi tetap kita harus memastikan bahwa daya beli masyarakat di dalam negeri terjaga baik, sehingga ekonomi di dalam negeri tetap kuat,” katanya dalam keterangan resminya, Senin (28/11).

Walaupun demikian, beliau tetap melihat kemungkinan penurunan kegiatan ekspor tahun depan tentu akan berdampak pada kegiatan kapal angkutan ekspor impor dan kapal feeder. Itu sebabnya, beliau menghimbau pelaku usaha waspada.

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97% dibanding periode sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61%.

Pada sektor angkutan kontainer di domestik masih tumbuh positif mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan. Adapun pada sektor curah kering batu bara, akan tumbuh positif meski tidak secemerlang sebelumnya, seiring dengan kebutuhan batu bara di dalam negeri, begitu juga dengan kebutuhan ekspor.

Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan batu bara PT PLN sekitar 161,15 juta ton batu bara pada 2023 mendatang atau meningkat dari 2022 mencapai 130 juta ton.

Adapun produksi batu bara 2023 ditargetkan mencapai 694 juta ton. Di sisi lain, kebijakan hilirisasi SDA tengah digenjot pemerintah sedikit banyak memberikan dampak pada angkutan curah kering. Kebijakan hilirisasi SDA memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa mendatang dan menjadi peluang peningkatan muatan bagi perusahaan pelayaran karena adanya angkutan raw materials ke smelter.

Perdagangan minyak dunia mengalami peningkatan signifikan. Volume diperkirakan meningkat 3% di 2022, walaupun lebih kecil dibandingkan sebelum Covid-19 mencapai 5%. Namun, dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan permintaan rute perdagangan lebih panjang 5% bahkan untuk produk kilang peningkatan mencapai 8%

Pada 2023, volume perdagangan minyak diperkirakan meningkat 2%, dengan potensi peningkatan ton mile akibat perubahan pola dan rute perdagangan 6%.

Dari sisi suplai, penambahan tonase tidak terlalu signifikan mencerminkan sentimen permintaan rendah karena Covid-19 dan perubahan persyaratan teknologi dan tingginya harga pembangunan kapal baru. Walaupun kapal tertahan diskrap karena tingkat market freight melonjak, penambahan tonase tidak berubah signifikan.

Melihat kondisi seperti itu, market tanker 2023 menunjukkan kondisi cukup menjanjikan. Untuk pasar domestik, kata Carmelita, kondisi market menunjukkan gejala serupa. Penggunaan B30 atau B40 memicu terjadinya penaikan jenis kapal angkutan cair (tanker) di domestik. Penggunaan bahan bakar menjadi tantangan karena penambahan biaya maintenance mesin kapal.

Pada kapal offshore, masih akan tumbuh meski tidak akan signifikan pada 2023. Karena belum ada tanda-tanda peningkatan kebutuhan kapal penunjang offshore. Menurutnya, pelayaran nasional lebih percaya diri dalam menghadapi sentimen global tahun depan, mengingat pelayaran banyak mengambil pelajaran dan berhasil melewati badai Covid-19.

Beliau mewaspadai adanya penaikan biaya perawatan kapal karena fluktuasi nilai tukar rupiah, mengingat 70% komponen kapal masih impor.

“Jadi ancaman resesi pada 2023 mungkin akan berdampak bagi pelayaran nasional, tapi selama konsumsi domestik kita masih tumbuh, maka dampaknya tidak signifikan. Kita meski optimis, tapi harus bersikap waspada atas situasi ekonomi tahun depan,” pungkas Carmelita.