freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

Indonesia Teken MoU dengan Singapura Tentang Kerja Sama Teknis Ekspor Listrik

14 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Energi listrik

Selective focus of electricians are fixing power t...

• Indonesia meneken nota MoU dengan Singapura di bidang kerja sama energi dalam rangka mendukung proses transisi energi.

• Interkoneksi listrik antara Indonesia didasari atas permintaan Singapura memerlukan pasokan listrik dari sumber EBT.

Indonesia teken nota Memorandum of Understanding (MoU) dengan Singapura di bidang kerja sama energi dalam rangka mendukung proses transisi energi.

Nota kesepahaman tersebut diteken oleh Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) dan Tan See Leng selaku Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura.

“MoU menaungi working group yang membahas ekspor listrik lintas negara menjelaskan regulasi aturan teknis ekspor. Bukan hanya itu, dalam MoU tertuang mengenai penelitian serta pengembangan mengenai Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE),” ungkap Direktur Ida Nuryatin Finahari selaku Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan dalam keterangan resmi, Senin (7/2/2022).

Beliau mengatakan bahwa Interkoneksi listrik antara Indonesia didasari atas permintaan Singapura yang memerlukan pasokan listrik dari sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Indonesia pun memang memiliki potensi strategis baik secara geografis maupun potensi EBT yang besar.

Hanya saja keputusan untuk melakukan ekspor listrik ke Singapura harus berdasarkan seberapa banyaknya benefit yang bisa diperoleh Indonesia jika dibanding dengan kebutuhan biaya investasi dan pemanfaatan sumber daya EBT yang sebagian digunakan untuk keperluan ekspor listrik.

Beliau juga menyebutkan bahwa hal-hal perlu mendapat pertimbangan serta kajian *cost and benefit analysis *dengan mempertimbangkan manfaat bagi negara untuk korporasi terlibat kegiatan ekspor listrik serta bagi masyarakat Indonesia khususnya berlokasi di Riau.

Interkoneksi listrik Indonesia dan Singapura berupa grid tenaga lintas negara terdiri atas saluran transmisi kabel bawah laut juga gardu induk pendukungnya.

Dalam hal interkoneksi point to point tentunya bisa menggunakan teknologi arus bolak-balik AC, sehingga diperlukan hanya trafo perubah tegangan, baik di sisi Indonesia maupun Singapura.

Beliau pun melanjutkan bahwa dalam hal interkoneksi grid to grid, diperlukan teknologi arus searah DC. Jadi, diperlukan investasi peralatan converter dan inverter yang lebih besar supaya bisa memasang gardu induk konversi yang berlokasi di posisi landing station yang ada di gardu induk Singapura.

Ida juga mengatakan bahwa kepemilikan interkoneksi lintas negara perlu dikelola bersama-sama antara Indonesia Singapura melibatkan power utility company seperti PLN (Persero) atau PLN Batam, dan Singapore Power perlu dilakukan joint investment antara pihak Singapura juga Indonesia.

Sementara itu, Djoko Siswanto selaku sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional menyatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki kerja sama antara negara-negara ASEAN yaitu kerja sama membangun jaringan pipa gas dari Batam dan Natuna ke Singapura.

Beliau juga menambahkan bahwa ada program kerja* Asean Power Grid* membangun jaringan listrik antarnegara Asean sebagai ketahanan energi di negara-negara Asean, sehingga kita saling mengisi jika terjadi kekurangan.