freightsight
Sabtu, 23 November 2024

PELABUHAN

Indonesia Masih Waspadai Dampak Lockdown China

1 Juni 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Lockdown China via lemde.fr

Sebagai mitra dagang utama bagi Indonesia, diskripsi rantai pasok di China juga memberikan dampak bagi ekonomi dalam negeri.

China memberlakukan pembatasan kegiatan atau lockdown sebagai langkah kebijakan untuk mencapai zero case policy Covid-19. Hal ini dinilai bukan hanya berdampak pada perekonomian negara itu tetapi juga pada perekonomian dunia termasuk Indonesia.

Terkait itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus mewaspadai kebijakan lockdown yang diterapkan di China.

"Ini artinya lockdown akan sangat berdampak pada ekonomi China, dan tentunya juga akan berdampak pada perekonomian dunia karena jumlah dan size dari perekonomian China yang sangat besar. Risiko tersebut harus kita antisipasi," katanya dalam acara Talkshow Neraca Komoditas daring pada Senin (30/5/2022).

Sebagai mitra dagang vital bagi Indonesia, diskripsi rantai pasok di China juga memberikan dampak bagi ekonomi dalam negeri. Pasalnya, persentase ekspor RI ke China hampir mencapai 20 persen dari total ekspor, sementara persentase impor Indonesia dari China hampir mencapai 25 persen dari total impor.

Data per April 2022 menunjukkan, nilai impor Indonesia mengalami kontraksi sebesar -10,03 persen secara bulanan. Penurunan impor bulanan pada April 2022 ini lebih besar dibandingkan April 2021 yang hanya turun sebesar -3,41 persen.

Catatan ini menunjukkan, bahwa kebijakan lockdown China yang berlaku sejak akhir Maret 2022 telah memukul perkembangan aktivitas perdagangan internasional RI dengan China dari sisi impor.

Meskipun catatan serupa tidak terlihat pada aktivitas ekspor, namun persentase impor Indonesia yang didominasi oleh bahan mentah, bahan setengah jadi, dan barang modal akan berpotensi mengurangi kinerja ekspor dalam satu atau dua bulan setelahnya.

Ini terjadi karena rantai pasok di China membuat pasokan bahan baku produksi industri Indonesia berkurang sehingga berdampak pada menurunnya kinerja ekspor RI untuk bahan setengah jadi atau bahan hasil olahan dari industri manufaktur.

Selain berdampak pada rantai pasok impor bahan baku dan barang modal yang berpotensi mempengaruhi aktivitas produksi industri dalam negeri, kebijakan lockdown China juga berpeluang menciptakan gangguan disrupsi alur logistik ekspor-impor Indonesia. Terutama bagi komoditas yang menggunakan kontainer dalam proses pengirimannya. Hal itu disebabkan oleh padatnya pelabuhan-pelabuhan utama di China yang mengakibatkan terjadinya penumpukan kontainer di pelabuhan tersebut.

Meski begitu, penumpukan kontainer di sejumlah pelabuhan China telah mendorong biaya pengapalan kontainer setempat menjadi lebih murah. Ketersediaan kontainer yang menumpuk telah membuat harga pengapalan kontainer dari China secara rata-rata hanya sebesar US$ 6.880 per FEU (-5,68 persen MoM dan +10,47 persen YoY) pada Mei 2022.

Mengingat aktivitas pelabuhan China merupakan salah satu penyumbang aktivitas pelabuhan terbesar dunia, maka penumpukkan kontainer di China secara berkepanjangan akan menyebabkan kelangkaan kontainer pada pelabuhan-pelabuhan negara lain.

Pada akhirnya kelangkaan tersebut berpotensi membuat biaya pengapalan dari pelabuhan di luar China jadi meningkat. Jika hal itu terjadi, maka berimbas juga pada pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, mempengaruhi kinerja ekspor RI. Sebagai moda pengiriman, maka akan mengalami penurunan.