freightsight
Jumat, 26 April 2024

EKSPOR

Indonesia Kini Mulai Ekspor Ayam ke Singapura

25 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Ayam

Peternakan Ayam via regional.co.id

Indonesia mulai mengekspor ayam ke Singapura membuat perusahaan unggasnya mengambil langkah-langkah meningkatkan operasi mereka dan meningkatkan daya saing.

Terdapat tantangan dari masalah logistik, terutama ekspor unggas hidup, mahalnya harga pakan ayam serta ketatnya persyaratan di negara tujuan.

Indonesia mulai mengekspor ayam ke Singapura, sehingga membuat perusahaan unggasnya harus mengambil langkah-langkah meningkatkan operasi mereka dan meningkatkan daya saing, yang akan menempatkan mereka dalam posisi yang baik untuk ekspansi di tempat lain.

Pada Jumat (22/7/2022), ekspor unggas Indonesia terbatas ke beberapa negara karena produsen berfokus pada pasar domestik besar dengan lebih 270 juta orang.

Selain Singapura, Indonesia mengekspor ke negara-negara antara lain Jepang, Timor-Leste, Papua Nugini, dan Qatar.

Namun, negara populasi terbesar keempat di dunia ini menghadapi kelebihan pasokan ayam beberapa tahun.

Produksi tahun ini mencapai 3,8 miliar ekor, sedangkan permintaan 2,9 miliar ekor, sehingga terjadi surplus 900 juta ekor.

Dihadapkan surplus produksi tahunan, menjual ke luar negeri merupakan cara harus dilakukan produsen unggas.

Namun, ada tantangan dari masalah logistik, terutama ekspor unggas hidup, mahalnya harga pakan ayam serta ketatnya persyaratan di negara tujuan.

Misalnya, kendala utama untuk perusahaan Indonesia berencana mengekspor ayam hidup ke Singapura yaitu moda transportasi, ungkap Dr Bayu Krisnamurthi selaku ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia.

“Secara teknis, mereka bisa mengirim ayam hidup ke Singapura melalui laut, tetapi tidak seefisien pengiriman melalui darat,” ungkapnya, membandingkan Indonesia dengan Malaysia, di mana produsen unggas bisa mengirimkan pasokan ke Singapura melalui darat lebih cepat dan murah.

Masalah kesejahteraan hewan bisa muncul dari pengiriman ayam hidup melalui laut.

“Ternak ditempatkan di tempat yang sempit dan terbatas di dalam kapal, dan harus berhadapan dengan ombak dan situasi lain di laut,” tambahnya.

Achmad Dawami selaku Ketua Asosiasi Peternak Unggas Indonesia mengatakan: "Ayam dapat mengalami dehidrasi dan risiko penurunan berat badan juga tinggi. Risiko kematian mereka juga meningkat selama transportasi."

Para pakar dan pelaku industri juga mengatakan bahwa salah satu solusinya yaitu perusahaan perunggasan menjalankan peternakan lebih dekat ke Singapura, seperti di Kepulauan Riau juga Sumatera Utara.

Bukan hanya itu, peternak unggas perlu meningkatkan standar di bidang-bidang seperti kebersihan, menyiapkan infrastruktur memadai guna mendukung produksi juga distribusi, menurut Profesor Arief Daryanto, dosen ekonomi pembangunan di Institut Pertanian Bogor.

“Modernisasi on-farm dan off-farm adalah keniscayaan. Kalau mereka punya ayam, tapi tidak ada sistem rantai dingin, tidak mungkin mereka ekspor,” ungkapnya.

"Jika mereka ingin mengekspor ke Singapura, peternakan kita harus mengadopsi praktik pertanian yang baik serta praktik penanganan yang baik."

Baik Prof Arief atau Achmad mengatakan industri harus meningkatkan daya saing, terutama memangkas biaya produksi 70%-nya dari pakan ayam.

“Harus ada teknologi canggih untuk membuat pakan ayam lebih murah. Beberapa penelitian, misalnya, menunjukkan hasil samping sawit bisa dimanfaatkan,” ungkap Prof Arief.

Achmad mengingatkan supaya produsen unggas tidak terlalu bergantung terhadap pakan impor. Bungkil kedelai, misalnya, bisa diganti dengan sumber protein lain.

Masa depan ekspor ayam Indonesia ke Singapura juga pasar lainnya terletak pada produk olahan ayam, seperti nugget, sosis, dan sate.

“Daya saing kita tergantung pada pengolahan lebih lanjut. Industri pengolahan harus diperluas di Indonesia,” ungkap Prof Arief menambahkan produsen perlu membangun rantai pasokan terintegrasi dengan infrastruktur memadai seperti fasilitas penyimpanan juga distribusi berpendingin.

Penjualan ayam ke Singapura memiliki standar ketat di berbagai bidang seperti keamanan pangan juga kesehatan hewan menjadi pelajaran untuk perusahaan Indonesia mengincar ekspansi ke luar negeri lebih besar.