IMPOR
21 Desember 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Bapanas mengatakan neraca komoditas akan berakhir 31 Desember 2022.
Komoditas yang mengalami keterlambatan impor ini adalah kedelai, beras dan bawang putih.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa neraca komoditas akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2022. Dengan demikian, impor pangan dalam negeri yang terlambat direalisasikan baru bisa berjalan tahun depan di tahun 2023.
"Tahun depan ini harusnya kita advance kebutuhan setahun berapa, minimal per tiga bulan kita sudah putuskan (impor) berapa. Sehingga, sebelum Lebaran, semua komoditas yang bergantung pada impor itu harusnya sudah selesai," tuturnya kepada Tempo di Jakarta Utara pada Jumat, 16 Desember 2022 .
Komoditas yang mengalami keterlambatan impor ini adalah kedelai, beras dan bawang putih. Misalnya beras, hingga saat kini Bulog baru merealisasikan impor sebesar 10 ribu ton dari total penugasan sebanyak 500 ribu ton.
Bulog menyatakan bahwa pihaknya masih akan berupaya mengimpor beras sampai 200 ribu ton hingga akhir tahun ini. Kemudian sisanya, sebanyak 300 ribu ton impor beras baru akan berlangsung hingga Januari sampai ke pertengahan Februari 2023 atau sebelum terjadi panen raya di Tanah Air.
Kemudian untuk kedelai, Bulog juga mengatakan bahwa pihaknya belum juga bisa memenuhi penugasan di akhir tahun ini. Sehingga, impor kedelai akan berlangsung di awal tahun depan sebanyak 350 ribu ton. Menurut Arief, Bulog saat ini juga sedang mempersiapkan impor kedelai dari Amerika Serikat tanpa perantara perusahaan importir swasta. Tujuannya tentu saja supaya pemerintah mendapatkan harga yang lebih rendah. Ditambah lagi, upaya tersebut juga untuk mencegah pengaturan harga oleh swasta.
"Selama ini kan Bulog hanya mengerjakan beras, sekarang udah mulai untuk jagung peternak, dan kedelai. Kita mau mengembalikan Bulog supaya pemerintah itu bisa intervensi," ujarnya.
Bapanas di sini pun mengatakan bahwa sebelumnya dinilai terlambat melakukan impor kedelai sehingga harga komoditas itu di perajin telah melonjak hingga mendekati angka Rp 14 ribu per kilogram. Musababnya merupakan stok yang kian tiris. Arief pun di sini justru tak menampik masalah itu.
Dia menjelaskan lamanya proses importasi kedelai ini telah menjadi penyebab kenaikan harga komoditas. Namun, dia malah berdalih lamanya proses impor ini sebenarnya memang tak terlepas dari masa perjalanannya hingga barang yang perlu dikarantina selama tiga bulan. Bukan hanya itu, kata dia, Amerika sebagai negara asal impor kedelai juga belum panen raya.
Arief sangat berharap nilai tukar rupiah stabil dan harga komoditas di luar negeri turun. Dengan demikian, tentu saja harga kedelai juga akan semakin terjangkau. Beliau di sini pun juga memperkirakan bahwa harga di dalam negeri ini bisa saja menjadi Rp 11 ribu per kilogram jika situasi membaik.
Di samping itu, untuk komoditas bawang putih, Arief juga mengatakan bahwa pemerintah masih akan melakukan rapat koordinasi terbatas atau rakortas demi menentukan kuota impornya. Dia memperkirakan importasinya baru dapat dilakukan tahun depan.
Adapun impor daging ruminansia, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan PT Berdikari sudah lebih dulu menyelesaikan penugasannya. Pada Jumat lalu, PT Berdikari membongkar impor daging dari Brazil di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bapanas juga mencatat bahwa daging impor yang masuk ke Indonesia mencapai 699 kontainer atau setara dengan 19,467 ton daging sapi. Jumlah tersebut tentu saja telah mencapai 97,34 persen dari penugasan pemerintah sebanyak 20 ribu ton.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi