IMPOR
12 Desember 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
CIPS menyoroti kebijakan impor beras akan dilakukan pemerintah sebesar 200 ribu ton.
Stok Bulog yang memang sudah sangat rendah ini pasti akan terus turun.
Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyoroti kebijakan impor beras akan dilakukan pemerintah sebesar 200 ribu ton dalam waktu dekat ini. Peneliti CIPS Hasran mengatakan dengan terancamnya ketahanan pangan nasional karena belum tercukupinya stok beras menunjukkan bahwa kebijakan tata niaga beras yang lebih longgar sebenarnya memang akan bisa menghindari kondisi seperti ini.
“Impor beras yang terencana dan didasarkan atas perkiraan produksi dan harga di dalam negeri, dan bukan impor yang sifatnya reaktif, akan dapat mencegah terjadinya ancaman kekurangan stok beras nasional Perum Bulog seperti yang terjadi sekarang ini,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/12/2022).
Di samping itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi sudah memperingatkan bila Perum Bulog tidak dapat menambah stok beras hingga 1,2 juta ton sampai akhir tahun dari stoknya yang sebesar hampir 600 ribu ton per 22 November 2022, tentu akibatnya akan sangat berbahaya untuk stabilitas pangan nasional.
Apalagi mengingat stok Bulog yang memang sudah sangat rendah ini pasti akan terus turun karena memang fungsinya mengintervensi pada kondisi tertentu, saat harga tinggi atau ada kejadian luar biasa seperti bencana gempa di Cianjur baru-baru ini.
Penyerapan beras Bulog, menurut Arief, seharusnya ini juga dilakukan di semester satu dan jika dilakukan sekarang, menyerap 1,2 juta ton beras akan sulit karena tingginya harga gabah di pasar. Solusi impor, yang memang selama ini hanya bersifat reaktif yang dilakukan secara terencana dari jauh-jauh hari, menjadi penting mengingat ketersediaan cadangan beras tidak mencukupi hingga waktu panen mendatang yang baru akan mulai bulan Februari.
Beras 500.000 ton Bulog mengalami kesulitan dalam menyerap beras dalam negeri mengingat harga gabah sudah sangat tinggi dari harga beli Bulog yang harganya sekitar Rp 4.200 per kilogram. Impor tentu juga merupakan salah satu solusi logis mengingat harga beras nasional memang masih lebih mahal jika dibandingkan di pasar internasional, termasuk di beberapa negara tetangga seperti Filipina dan Thailand. Hasran juga mengatakan bahwa proses produksi beras Indonesia sendiri belum efisien dan ini menjadikan harganya lebih tinggi. Sementara kualitasnya pun belum seragam.
"Melihat urgensi perlunya kepastian Perum Bulog memiliki stok yang mencukupi, seharusnya pemerintah mempertimbangkan opsi impor beras selain penyerapan dari dalam negeri,” ujar Hasran.
Dalam jangka yang justru lebih panjang, CIPS merekomendasikan upaya peningkatan produktivitas pangan dan peningkatan kapasitas petani supaya terus dilakukan, termasuk dengan adopsi teknologi pertanian, modernisasi juga menarik investasi di bidang pangan dan pertanian. Proses produksi yang efisien merupakan salah satu cara demi bisa meningkatkan daya saing beras dalam negeri.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi