freightsight
Senin, 14 Oktober 2024

REGULASI

Hadapi Tantangan Ekspor, Menko Airlangga Kaji Ulang Kebijakan DHE

16 Januari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via cnbc

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana akan memperbaiki kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) guna mengantisipasi perlambatan kinerja ekspor yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana akan memperbaiki kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) guna mengantisipasi perlambatan kinerja ekspor yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023. Airlangga juga menyebut pemerintah akan melakukan review terhadap jumlah devisa dan jangka waktu penyimpanan DHE di dalam negeri.

Kebijakan itu diharapkan bisa menopang peningkatan ekspor dan surplus neraca perdagangan sejalan dengan peningkatan cadangan devisa (Cadev).

“Kita akan melakukan revisi, sehingga kita berharap peningkatan ekspor dan surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan cadangan devisa,” kata Menko Airlangga pada Senin (16/1/2023).

Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, revisi ini dilakukan lantaran kondisi perekonomian global masih dilanda ketidakpastian pada tahun 2023. Hal itu terlihat dari sejumlah negara yang diproyeksikan masih akan menikmati pertumbuhan ekonomi yang positif.

Selain itu, ketergantungan pada pasar ekspor yang masih rendah atau kurang dari 50 persen menjadikan negara-negara seperti Indonesia, Jepang, Brasil, Tiongkok, dan Amerika Serikat (AS) memiliki resiliensi yang tinggi melalui dukungan pasar domestik yang kuat.

Menurut Airlangga, harga komoditas yang tinggi di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia. Namun sejak pertengahan tahun lalu, telah terjadi pelambatan dan menunjukkan penurunan di sekitar akhir 2022, termasuk 3 komoditas utama ekspor Indonesia yakni logam, CPO, dan batu bara.

“Beberapa komoditas utama perdagangan global lainnya seperti gas alam, minyak brent, dan gandum juga memperlihatkan tren penurunan. Kalau kita lihat beberapa negara yang manufakturnya ekspansif yaitu Jepang, Prancis, Meksiko, Indonesia, Brasil, India dan Arab Saudi, sehingga menunjukkan sektornya masih kuat,” katanya.

Meski begitu, kata Airlangga, hampir beberapa negara besar seperti Italia, Jerman, Korea PMI-nya di bawah 50 persen. Sehingga ini menunjukkan bahwa dunia masih dalam ketidakpastian. Mengenai itu, ekspansi komoditas ekspor diprediksi bakal menurun dari 3,5 persen menjadi 1 persen.

“Kita juga melihat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan perdagangan yang tahun lalu ekspansinya 3,5 persen, maka di tahun ini diperkirakan hanya 1 persen,” ujarnya.

Sementara itu, hingga akhir 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 299,57 miliar atau tumbuh 29,40 persen secara tahunan atau Year-on-Year (YoY). Sedangkan sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37 persen (YoY) atau sebesar USD 245,98 miliar.

“Kinerja ekspor dalam perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY) dan impor akan tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 14,9 persen (YoY),” tandasnya.