freightsight
Selasa, 30 April 2024

INFO INDUSTRI

Gudang Pintar E-Commerce Diprediksi Bisa Tekan Laju Inflasi

26 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Keberadaan gudang atau distribution center sebagai hub akan sangat menguntungkan karena bisa mendekatkan distribusi barang ke konsumen.

Tingginya biaya logistik telah menjadi instrumen pendorong inflasi dalam beberapa waktu belakangan. Biaya sektor transportasi dan logistik di Asia Tenggara, khususnya Indonesia masih sangat tinggi. Selain kenaikan BBM, besaran biaya logistik salah satunya dipengaruhi oleh kondisi geografis suatu negara. Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau. Dengan demikian, setiap produk yang dikirimkan harus melalui proses yang cukup panjang.

Sebagai informasi, proses logistik terbagi menjadi tiga tahapan, yakni first mile, middle mile, hingga last mile atau sampai ke tangan pelanggan. Rangkaian ini yang harus dilewati oleh seluruh produk. 17.000 pulau Indonesia dengan 270 juta penduduk. Melihat hal ini, pihak swasta pun turut turun tangan dengan berkontribusi dan menghadirkan berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur, pembenahan pelabuhan, dan pembangunan gudang sebagai hub dan berbagai kegiatan lain yang terkoneksi dengan kawasan industri akan memberikan dampak secara langsung terhadap kemudahan mendapatkan barang dan jasa serta mengurangi biaya logistik.

Menurut Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, keberadaan gudang atau distribution center sebagai hub akan sangat menguntungkan karena bisa mendekatkan distribuSi barang ke konsumen.

“Ketika rangkaian logistik menjadi lebih pendek, maka biaya yang harus dikeluarkan juga akan bisa ditekan,” tutur Yukki, seperti ditulis, Selasa (25/10/2022).

Yukki menambahkan, konsumen sekarang sangat selektif dan pintar untuk memilih jenis barang dan layanan pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Karena itu, jasa logistik maupun e-commerce yang bisa memberikan kemudahan bagi konsumen akan menjadi pilihan.

Menurutnya, saat dunia terus mengalami perubahan maka bidang logistik yang merupakan bagian dari rantai pasok juga harus ikut bergerak.

”Perusahaan jasa, termasuk logistik yang tidak adaptif akan ditinggalkan konsumen,” ujarnya.

Namun di sisi lain, perekonomian Indonesia selama ini kerap diselamatkan karena tingkat konsumsi dalam negeri yang cukup kuat. Salah satu contohnya adalah transaksi di e-commerce. Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai transaksi dagang elektronik atau e-commerce sepanjang 2021 mencapai Rp401 triliun. Sedangkan di 2022 ini diprediksi meningkat 31,2 persen menjadi Rp 526 Triliun.

”Melihat data ini, tingkat optimisme konsumen masih tinggi. Minat belanja masyarakat, khususnya di e-commerce masih tinggi,” ujarnya.

Untuk menjaga hal tersebut, keandalan distribusi juga menjadi kunci.