freightsight
Minggu, 5 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Ekspor Semen Menurun, Batu Bara Masih Terlalu Mahal?

22 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Batu Bara

Ekspor Batu Bara via sudutenergi.com

• Ekspor pada Januari 2022 rupanya menunukan penurunan 28 persen secara year-on-year.
• Bulan ini ekspor dapat kembali terkerek dengan pemerataan harga yang khusus tersebut.

Kinerja ekspor pada Januari 2022 rupanya menunjukkan penurunan 28 persen secara year-on-year menjadi 658.000 ton.

Widodo Santoso selaku Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mengatakan harga batu bara yang masih tinggi menjadi kendala untuk pabrikan menaikkan volume produksi berorientasi ekspor. Walaupun industri semen dan pupuk sudah mendapatkan harga khusus untuk batu bara sebesar 90 dolar AS per metrik ton. Itu pun belum semua pabrikan menikmati kebijakan tersebut.

“Realisasi ekspor cukup memprihatinkan dengan adanya harga batu bara lumayan tinggi yaitu naik lebih dua kali lipat sehingga Januari ekspor turun drastis,” ungkap Widodo pada Senin (21/2/2022).

Dengan konsumsi dalam negeri yang sebesar 5,28 juta ton pada tahun lalu, total penjualan semen adalah 5,94 juta ton atau meningkat 2 persen secara year-on-year.

Pada akhir bulan lalu Kementerian Perindustrian mencatat telah mencatat beberapa pabrikan telah mendapatkan harga khusus batu bara antara lain Semen Padang, Semen Tonasa, Solusi Bangun Indonesia, Semen Gresik juga Semen Bosowa.

Namun, sebaliknya yang belum mendapatkan harga sesuai skema nya antara lain pabrik Indocement Tunggal Prakasa, Cermindo Gemilang, Sinar Tambang Artha Lestasi, Semen Imasco Asiatic, Semen Jawa, dan Juishin.

Kebijakan tersebut sebelumnya tertuang dalam keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 206/2021 tentang harga jual batu bara bagi pemenuhan bahan baku industri semen dan pupuk ini berlaku sejak 1 November 2021 hingga akhir Maret 2022.

Widodo juga berharap pada bulan ini ekspor dapat kembali terkerek dengan pemerataan harga yang khusus tersebut. Di samping itu, kinerja industri semen pada 2022 masih dibayang-bayangi hambatan seperti over suplai yang berkelanjutan meski telah ada komitmen dari pemerintah untuk moratorium pabrik yang baru.

ASI juga mencatatkan bahwa utilitas kapasitas produksi sepanjang 2021 masih berkisar 67 persen dengan kelebihan kapasitas itu sekitar 38 juta ton. Tantangan lainnya justru rencana pemerintah untuk menerapkan zero over dimension over loading (ODOL) pada awal 2023 yang akan mengerek biaya logistik.

"Masalah ODOL mungkin akan meningkatkan biaya transportasi atau logistik baik untuk angkutan maupun bahan baku lainnya," ungkap Widodo.