freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

Asosiasi Buka Suara Soal Kendala Ekspor Batu Bara

7 Desember 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Industri ekspor batu bara

Industry-dumper-mineral-coal© stafichukanatoly via...

• Di tengah lonjakan harga batu bara, pihak Indonesia Mining Association (IMA) memastikan bahwa ekspor produk batu bara ke beberapa negara masih aman terkendali.

• Di sisi lain muncul juga kecurigaan dari pihak asosiasi bahwa dalam proses pengapalan ini, ada beberapa pengusaha yang justru mendapatkan keuntungan lebih.

Di tengah lonjakan harga batu bara, pihak Indonesia Mining Association (IMA) memastikan bahwa ekspor produk batu bara ke beberapa negara masih aman terkendali, termasuk diantaranya adalah ke negara kawasan Asia timur seperti jepang.

Djoko Widajatno selaku pelaksana tugas Direktur Eksekutif IMA menyampaikan bahwa kepastian di atas mereka simpulkan setelah mendapatkan laporan dari kinerja dari beberapa pengusaha pertambangan atau eksportir batu bara.

"Tidak ada kendala, karena pembeli mengirimkan kapal yang mereka sudah pernah pakai untuk mengangkut. Terutama yang di Asia Timur sampai Jepang," katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021) malam.

Biasanya, selama ini untuk mengangkut batu bara, akan dilakukan dengan menggunakan kapal besar, salah satunya adalah menggunakan Handymax yang memiliki kapasitas super besar, yakni hingga 50.000 ton. Atau menggunakan capesize yang kapasitas muatannya adalah sebesar 250.000 ton.

Sedangkan untuk kapal tongkang biasanya hanya digunakan sebagai transhipment saja, atau pengangkut dari kapal besar menuju ke pelabuhan, atau sebaliknya. Di sisi lain, biasanya kapal tongkang juga akan digunakan untuk mengirim batu bara dari areal tambang ke pelabuhan.

Biasanya, kapasitas yang dimiliki oleh kapal tongkang adalah sekitar 9.000 sampai 10.000 ton. Jadi, bisa dikatakan bahwa melakukan ekspor batu bara ke luar negeri menggunakan kapal tongkang akan memakan biaya yang sangat besar. apalagi, saat ini permintaan batu bara di beberapa negara, misalnya seperti China sangat meningkat, yakni hingga 80 juta ton, dan India sampai 20 juta ton, sehingga akan menyulitkan pengapalan jika menggunakan kapal tongkang.

Di sisi lain muncul juga kecurigaan dari pihak asosiasi bahwa dalam proses pengapalan ini, ada beberapa pengusaha yang justru mendapatkan keuntungan lebih. Cara seperti pengusaha perkapalan di Indonesia menyewa kapal untuk disewakan lagi kepada pembeli batu bara. Alhasil, oknum berkaitan bisa menjadi perantara ekspor batu bara.
"Menjadi perantara tapi minta untungnya banyak," katanya.