freightsight
Selasa, 8 Oktober 2024

EKSPOR

Ekspor Pertanian di Bali Kian Meningkat Mencapai Rp25,3 Miliar

26 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via unsplash

Nilai ekspor produk pertanian Bali hingga November 2022 telah mencapai Rp119,7 miliar.

Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar mencatatkan bahwa ekspor tertinggi berasal dari peternakan dengan nilai ekspor yang meningkat menjadi sebesar Rp62,1 miliar.

Nilai ekspor produk pertanian yang ada di Bali hingga November 2022 rupanya telah mencapai Rp119,7 miliar atau yang meningkat menjadi Rp25,3 miliar jika dibandingkan dengan kinerja 2021 yang jumlahnya hingga Rp93,9 miliar. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar juga mencatatkan bahwa nilai ekspor tertinggi ini berasal dari peternakan dengan nilai ekspor yang meningkat menjadi sebesar Rp62,1 miliar.

Bali untuk saat ini saja pun juga sudah berhasil mengekspor sebanyak 75.757 ekor ternak sepanjang tahun 2022. Nilai ekspor ternak ini pun juga meningkat sebesar Rp26,3 miliar jika dibandingkan dengan ekspor tahun 2021 yang nilainya mencapai Rp35,8 miliar.

Nilai ekspor yang tertinggi selanjutnya adalah berasal dari ekspor komoditas perkebunan dengan nilai yang mencapai Rp49,04 miliar atau yang bisa dikatakan meningkat hingga Rp5 miliar jika dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2021 yang nilainya mencapai Rp44,5 miliar.

Selanjutnya ekspor komoditas hortikultura pada tahun 2022 juga hanya Rp7,9 miliar yang ternyata turun menjadi Rp5,6 miliar jika dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2021 yang memang nilainya mencapai Rp13,5 miliar. Sepanjang tahun 2022 saja Bali juga sudah mengekspor sebanyak 322,4 ton komoditas hortikultura.

Terakhir ekspor komoditas tanaman pangan Bali pada tahun 2022 juga nilainya hanya mencapai Rp6 juta atau yang meningkat menjadi Rp5,3 juta jika dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2021 yang nilainya mencapai Rp1,3 juta.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara di sini pun rupanya juga menjelaskan bahwa nilai ekspor pertanian Bali mulai meningkat seiring dengan meredanya kasus covid-19 yang ada di berbagai negara.

“Walaupun meningkat pada 2022, tetapi nilai ekspor produk pertanian Bali masih belum normal sepenuhnya, ini disebabkan karena masih ada negara tujuan ekspor Bali yang belum kembali normal seperti China, kemudian permintaan sejumlah komoditas dari pasar ekspor belum sepenuhnya normal,” jelas Terunanegara di kantornya, Kamis (22/12/2022)

Adapun faktor lain yang membuat ekspor di Bali masih juga belum pulih karena kapal yang biasa melayani ekspor dari Bali sebelum pandemi, kini justru sudah bergeser ke Pelabuhan lain seperti Tanjung Perak Surabaya dan sampai saat ini rupanya juga belum ada kapal ekspor yang kembali beroperasi ke Pelabuhan Benoa.

Dampaknya ekspor komoditas Bali dari jalur laut harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan di saat yang sama justru eksportir sangat dihadapkan pada mahalnya biaya kontainer. Untuk komoditas perkebunan, Bali juga telah banyak mengekspor kopi dan vanili. Ekspor vanili banyak ditujukan ke Prancis dan Amerika, kemudian kopi banyak diekspor ke China, Amerika Serikat, Jepang.

Komoditas hortikultura yang diekspor yakni teh, bahan jamu-jamuan, rimpang-rimpangan beku, yang ditujukan ke negara Finlandia Australia dan Finlandia. Untuk peternakan, Bali juga sudah banyak mengekspor kulit ular yang banyak digunakan untuk membuat tas oleh brand ternama, ekspor kulit ular ini tentu saja juga banyak ditujukan ke Prancis dan Turki.
Terunanegara tentu juga menegaskan jika ekspor kulit ular ini tidak akan mengancam keberadaan hewan tersebut, karena memang Bali memiliki pusat pengolahan kulit ular yang berizin lengkap sesuai dengan aturan.