freightsight
Kamis, 12 September 2024

EKSPOR

Ekspor Pertanian Bali Kini Mulai Meningkat di Angka Rp25,3 Miliar

23 Desember 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pexels

Nilai ekspor produk pertanian Bali hingga November 2022 mencapai Rp119,7 miliar.

Terakhir ekspor komoditas tanaman pangan di Bali tahun 2022 justru hanya berkisar sebanyak Rp6 juta saja yang berhasil meningkat Rp5,3 juta.

Nilai ekspor produk pertanian Bali hingga bulan November 2022 kini telah mencapai Rp119,7 miliar atau meningkat menjadi sebanyak Rp25,3 miliar jika dibandingkan dengan kinerja 2021 sejumlah Rp93,9 miliar. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar juga telah mencatat bahwa nilai ekspor tertinggi ini berasal dari peternakan dengan nilai ekspor Rp62,1 miliar.

Bali saja hingga saat ini sudah mengekspor 75.757 ekor ternak sepanjang 2022. Nilai ekspor ternak ini rupanya juga memang telah meningkat sebanyak Rp26,3 miliar jika dibandingkan dengan ekspor 2021 yang nilainya mencapai Rp35,8 miliar.

Nilai ekspor tertinggi selanjutnya juga berasal dari ekspor komoditas perkebunan dengan nilai Rp49,04 miliar atau bahkan bisa dibilang sudah meningkat sebanyak Rp5 miliar jika dibanding dengan ekspor 2021 yang nilainya mencapai Rp44,5 miliar.

Selanjutnya di sini pun ekspor komoditas hortikultura pada tahun 2022 hanya berkisar sebanyak Rp7,9 miliar yang turun Rp5,6 miliar jika dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2021 lalu yang nilainya mencapai Rp13,5 miliar. Sepanjang 2022 Bali juga telah berhasil mengekspor 322,4 ton komoditas hortikultura.

Terakhir ekspor komoditas tanaman pangan yang ada di Bali pada tahun 2022 justru hanya berkisar sebanyak Rp6 juta saja yang berhasil meningkat Rp5,3 juta jika dibandingkan dengan ekspor 2021 yang nilainya Rp1,3 juta. Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara di sini pun juga menjelaskan bahwa nilai ekspor pertanian Bali yang mulai meningkat seiring dengan meredanya kasus covid-19 yang ada di berbagai negara.

“Walaupun meningkat pada 2022, tetapi nilai ekspor produk pertanian Bali masih belum normal sepenuhnya, ini disebabkan karena masih ada negara tujuan ekspor Bali yang belum kembali normal seperti China, kemudian permintaan sejumlah komoditas dari pasar ekspor belum sepenuhnya normal,” jelas Terunanegara di kantornya, Kamis (22/12/2022).

Faktor lainnya juga yang membuat ekspor Bali belum pulih karena kapal yang memang biasa melayani ekspor dari Bali sebelum adanya pandemi Covid-19 yang kini sudah bergeser ke Pelabuhan lain seperti Tanjung Perak Surabaya dan bahkan hingga sampai saat ini pun juga belum ada kapal ekspor yang berhasil kembali beroperasi ke Pelabuhan Benoa.
Dampaknya ekspor komoditas yang ada Bali dari jalur laut harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan di saat yang sama eksportir di sini pun juga dihadapkan pada mahalnya biaya kontainer.

Sedangkan untuk komoditas perkebunan, Bali rupanya memang banyak sekali telah mengekspor kopi dan vanili. Ekspor vanili banyak ditujukan ke negara seperti Prancis dan Amerika yang kemudian kopi akan diekspor ke China, Amerika Serikat, Jepang.

Komoditas hortikultura yang berhasil diekspor yakni teh, bahan jamu-jamuan, rimpang-rimpangan beku yang telah ditujukan ke negara Finlandia Australia dan Finlandia. Untuk peternakan, Bali juga telah banyak mengekspor kulit ular yang banyak digunakan untuk dijadikan bahan untuk membuat tas oleh brand ternama, ekspor kulit ular ini banyak ke Prancis dan Turki.

Terunanegara di sini pun juga menegaskan bahwa jika ekspor kulit ular ini tidak akan bisa mengancam keberadaan hewan tersebut, karena memang Bali memiliki pusat pengolahan kulit ular yang berizin lengkap sesuai dengan aturan.