freightsight
Sabtu, 27 April 2024

INFO INDUSTRI

Ekspor dan Perekonomian Sumut Berdampak pada DMO CMO 30%

17 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kelapa Sawit

CPO via images.bisnis-cdn.com

• BI memprediksi kinerja ekspor Sumut meningkat.

• Berdasarkan dari BPS ekspor Sumatra Utara menurun pada Januari 2022 dibanding Desember 2021 sedangkan impor naik.

Bank Indonesia telah memprediksi tentang kinerja ekspor Sumatra Utara meningkat tahun ini.

Peningkatannya tidak hanya akan dipicu kenaikan harga minyak dunia, tetapi juga imbas kendala pasokan minyak bunga matahari akibat disrupsi energi juga bahan pangan global.

Ekspor tumbuh 11,92 persen secara year on year sekaligus menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara 2022.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi provinsi berada pada rentang 3,7-4,5 persen (yoy).

Poltak Sitanggang selaku Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara, Minggu (13/3/2022) mengungkapkan bahwa komoditas ekspor utama diperkirakan ditopang CPO (Crude Palm Oil) dengan share berkisar 40 persen.

Poltak mengatakan kebijakan pemerintah menaikkan Domestic Market Obligation (DMO) terhadap CPO 30 persen memberi dampak penurunan volume ekspor Sumatra Utara. Namun, kata Poltak penurunan tersebut diperkirakan berada di level moderat jangka pendek.

Sebaliknya juga kata Poltak nilai ekspor diperkirakan meningkat seiring penurunan volume.

Belia juga mengatakan ekspor meningkat karena penurunan volume ekspor dikompensasi oleh kenaikan harga di pasar internasional.
Poltak menambahkan juga bahwa pertumbuhan ekspor komoditas CPO Sumatera Utara meningkat secara yoy meski mengalami fluktuasi secara month to month (mtm) dan kondisi ini berlangsung sesuai pola khas musiman.

Sejalan dengan periode panen buah kelapa sawit Poltak mengatakan bahwa pertumbuhan ekspor (mtm) komoditas CPO terjadi pada periode Maret, Juli-Agustus juga Desember-Januari.

Berdasar dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara bahwa ekspor Sumatra Utara menurun sebesar 15,87 persen pada Januari 2022 dibanding Desember 2021 sedangkan impor naik 16,24 persen.

Pada Desember 2021 ekspor Sumatra Utara 1,14 miliar dolar AS sedangkan ekspor Januari 2022 956,41 juta dolar AS. Namun, ekspor pada Januari 2022 naik dibandingkan Januari 2021 yang kenaikannya 19,67 persen.

Januari 2022 golongan lemak dan minyak hewan merupakan golongan barang yang penurunan ekspor terbesar 116,06 juta dolar AS atau turun -24,35 persen. Padahal golongan ini berkontribusi 37,70 persen dari total ekspor Sumatra Utara.

"Tentunya penurunan ini tren positif menyeluruh dalam setahun dan mudah-mudahan ke depan ada peningkatan," ungkap Nurul Hasanudin selaku Kepala BPS Sumatra Utara.

Harga CPO berfluktuasi pada sepekan ini dan harganya memecahkan rekor senilai MYR 7.074 per ton pada Rabu (9/3/2022) dan kembali turun.

Sumatra Utara dikenal provinsi dengan area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia pada 2018 saja luasnya 1.260.080,95 hektare.

Menurut Gunawan Benjamin selaku pengamat ekonomi asal Universitas Islam Sumatra Utara bahwa situasi geopolitik Ukraina-Rusia tak pelak berdampak penurunan volume ekspor.

Sama seperti prediksi Bank Indonesia Gunawan memperkirakan penurunan volume mendongkrak nilai ekspor.

Gunawan mengatakan bahwa dari sisi nominalnya kinerja ekspor berpeluang naik karena harga komoditas unggulan Sumut di pasar internasional naik.

Perang Rusia-Ukraina seperti berkah tersendiri bagi komoditas CPO, tetapi perang menyebabkan berbagai komoditas ekspor anjlok misalnya golongan karet.

Gunawan juga mengatakan bahwa kenaikan DMO CPO 20 persen menjadi 30 persen di tengah polemik minyak goreng dianggap membebani pengusaha atau industri.

Gunawan juga mengatakan polemik minyak goreng berkepanjangan membuat pemerintah menambah beban pengusaha agar menyediakan kebutuhan CPO domestik serta kebijakan diambil ini tidak berpihak pada pengusaha.

Gunawan juga menambahkan bahwa kebijakan DMO CPO teranyar berimbas pada kinerja ekspor khususnya di Sumatra Utara.