freightsight
Jumat, 3 Mei 2024

EKSPOR

Ekonom Katakan Harus Waspada terhadap China, Bukan Amerika Tentang Ancaman Resesi

21 Juli 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekonomi Global

China via sohu.com

Ancaman tentang resesi ekonomi menghantui puluhan negara di dunia karena ketidakpastian global.

Bhima di sini juga mewanti-wanti pemerintah untuk jangan menganggap remeh ancaman resesi 2022.

Ancaman tentang resesi ekonomi menghantui puluhan negara di dunia karena ketidakpastian global. Hal tersebut, merujuk data International Monetary Fund (IMF) menyebut ada 60 negara yang perekonomian nya diperkirakan segera ambruk dan 42 di antaranya dipastikan akan segera ambruk.

Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengatakan bahwa memang ancaman resesi tahun 2022 bisa menjadi benar, tetapi bukan dari Amerika. Hanya saja, tetap juga akan berdampak pada perekonomian nasional Indonesia.

Karena, resesi ekonomi diperkirakan terjadi secara global tidak lain karena Amerika sekarang ini resesinya berdasarkan laporan dari Federal Reserve Atlanta, bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika pada kuartal kedua diperkirakan menjadi minus 2,1 persen year on year.

“Berarti ini situasinya bukan hanya Amerika, tapi semua negara sekarang ini dalam ancaman resesi,” kata Bhima dalam serial diskusi Teras Politik Kantor Berita Politik RMOL bertajuk “Peringatan IMF dan Antisipasi Kebangkrutan Indonesia” pada Selasa sore (19/7/2022).

Dengan demikian, Bhima mewanti-wanti pemerintah untuk jangan menganggap remeh ancaman resesi 2022. Pasalnya, resesi sekarang berbeda dengan krisis pada tahun 1998 dan 2008.

Menurut beliau, Indonesia tahun 1997 dijuluki sebagai The Tiger of Asia atau Macan Asia bersama dengan Korea Selatan, hingga Thailand. Kondisi tersebut membuat Indonesia lupa pada fundamental ekonomi nasional yang belum diketahui kuat atau tidak dalam menghadapi guncangan.

Ini juga tidak bisa menganggap remeh resesi terjadi di Sri Lanka tidak akan terjadi di Indonesia karena berbeda secara fundamental ekonomi serta tingginya angka resesi, karena probabilitas Indonesia pada resesi hanya 3 persen sedangkan Sri Lanka 85 persen.

“Itu bisa membuat kita mabuk. Makanya kita tidak bisa menyepelekan situasi sekarang ini kita lebih aman dari 98, kita lebih aman dari 2008. Nah yang saya khawatirkan puja-puji banyak sekali lembaga internasional seperti IMF,” tegas Bhima.

Namun di samping itu, Bhima khawatir dengan Indonesia bukan karena Amerika Serikat atau perang Rusia-Ukraina, tetapi dengan China. Karena, 30 persen dari total ekspor atau perdagangan Indonesia ini urusannya dengan China, hanya 11 persen yang ke Amerika Serikat.

“China ini enggak jelas dia lockdown berkali-kali, mengejar banyak barang dari China ke Indonesia, impor bahan baku, barang jadi, barang konsumsi ini semuanya di delay macet,” ungkapnya.

“Jadi, resesinya mungkin nanti kalaupun Indonesia semoga tidak terjadi, tapi kalau Indonesia resesi atau transmisi resesi yang paling berbahaya adalah dari China dibandingkan dengan Ukraina dan Amerika serikat,” demikian Bhima.