freightsight
Jumat, 26 April 2024

INFO INDUSTRI

Suku Bunga The Fed Memanas, Inflasi AS Ancam Terjadinya Resesi Ekonomi Dunia

1 April 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekonomi Amerika Serikat

United States via Unsplash

Sejumlah peneliti melihat perekonomian akan semakin menurun di masa yang akan datang.

Inflasi Amerika Serikat (AS) terpantau kian memanas terhadap suku bunga The Fed yaitu Fed Fund Rate. Para pemain pasar dan investor berpotensi menghadapi resesi ekonomi yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat untuk tren jangka panjang sekitar 1,5-2 persen, diikuti oleh tingginya angka pengangguran.

Sejumlah peneliti melihat perekonomian akan semakin menurun di masa yang akan datang. Untuk itu The Fed harus bertindak secepat mungkin dalam mengontrol laju terjadinya resesi yang dinilai terlalu panas.

Dalam rangka menekan jumlah permintaan, The Fed mencoba meningkatkan suku bunga secepatnya ke tingkat yang lebih normal serta mendorong ke wilayah yang lebih restriktif jika kondisi diperlukan.

Tujuannya agar mencapai stabilitas harga. Saat ini The Fed melihat pertumbuhan ekonomi bergerak melambat, namun masih tetap berada di atas tren yang didukung oleh turunnya angka pengangguran dari sebelumnya 3,8 persen menjadi 3,5 persen.

Angka tersebut diprediksi akan mencapai nilai stabil pada 2024 mendatang. Adapun inflasi diharapkan akan turun menjadi 2,3 persen di tahun yang sama.

"Namun di sisi lain, kami melihat kondisi tersebut seperti skenario dengan jalan cerita yang luar biasa mulus. Pasalnya, ada kemungkinan terjadi peningkatan angka pengangguran menjadi 4,8 persen pada akhir tahun akibat laju pertumbuhan ekonomi yang melambat, " kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nick Demus pada Senin (28/3/2022).

Kisruh Rusia dan Ukraina saat ini memang berdampak langsung pada kenaikan inflasi. Namun ini masih belum terlalu memberikan implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika atau bursa tenaga kerja.

Perekonomian sangat mungkin mengalami resesi yang besar dalam kurun waktu 24 bulan ke depan. Namun asumsi ini ditentang oleh Gubernur The Fed Jerome Powell. Ia menganggap pasar tenaga masih kerja masih cukup kuat dan neraca rumah tangga dalam kondisi yang stabil.

"Fokus utama saat ini adalah apakah perekonomian AS akan jatuh ke dalam jurang resesi. Kami akan melihat sejauh mana The Fed akan mengurangi inflasi dan seberapa jauh suku bunga ditingkatkan. Semua itu adalah poin penting yang harus disoroti di masa yang akan datang, " kata Nico dalam sebuah keterangan.

The Fed mengumumkan akan berupaya untuk terus melakukan soft-landing, meskipun kembali lagi akan diserahkan pada situasi dan kondisi yang berkembang cepat dan dinamis. Saat ini imbal hasil US Treasury 10 year sudah mendekati 2,5 persen pada pekan lalu.

Hal tersebut melewati tren penurunan imbal hasil US Treasury sejak tahun 1980an. Artinya, ada kemungkinan dalam jangka waktu pendek, imbal hasil US Treasury mulai menciptakan tren merangkak naik.

Bagikan artikel ini: