freightsight
Senin, 20 Mei 2024

PENGIRIMAN LAUT

Direktur Pelabuhan Kemenhub Beberkan Mahalnya Tarif Logistik Nasional

14 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Dokumentasi via konstruksimedia.com

Konsep pembangunan logistik Indonesia harus berkelanjutan, sesuai apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada beberapa pertemuan tingkat internasional.

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) Kementerian Perhubungan menyebut biaya logistik nasional masih cukup tinggi ketimbang negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan lainnya.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Pelabuhan Ditjen Hubla Kementerian Perhubungan Subagiyo dalam sebuah webinar nasional yang diselenggarakan oleh Persatuan Insinyur Indonesia bersama Kemenhub dan PT Hutama Karya (Persero) pada Kamis (13/10/2022).

Dalam paparannya, Subagiyo membawakan materi Manajemen dan Rekayasa Transportasi Berkelanjutan untuk Peningkatan Pelayanan Tol Laut dan Transportasi Antarmoda. Dia mengatakan selama Pandemi Covid-19 sektor transportasi khususnya transportasi laut terkait dengan angkutan logistik baik itu kargo kontainer memiliki ketahanan yang cukup stabil, jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun-tahun awal Pandemi mengalami penurunan sedikit khususnya angkutan penumpang.

Sebagai gambaran umum Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki luas wilayah 5,9 juta km persegi dari luas total sebesar 7,9 juta km persegi. Kondisi ini menjadikan Indonesia pada lokasi strategis dalam rute perdagangan dunia mengingat 90% perdagangan internasional melalui jalur laut, dimana 40% nya melewati wilayah perairan Indonesia. Indonesia sebagai supply side yang dapat memasok dunia dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan hasil industri olahannya, sekaligus menjadi pasar yang besar atau demand side dalam rantai pasok global.

Dia menambahkan, Indonesia memiliki visi di 2045 salah satunya yakni sektor ekonomi menjadi 5 terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 309 juta jiwa dan sebanyak 52% dari jumlah penduduk yang ada merupakan usia produktif.
Selain itu, penyebaran dari jumlah penduduk yang ada sekitar 75% berada di wilayah perkotaan dan sisanya 25% berada di pedesaan. Kemudian pendapatan middle income sebanyak 80% kelas menengah keatas dengan jumlah perkapita sebesar USD 29.300.

“Struktur ekonomi kita tentunya terus mengalami penambahan serta bisnis kita di tahun 2045 diperkirakan sebagian besar berada di sektor jasa yakni 73%,” ungkapnya.

Dia menambahkan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas tidak hanya menjadi adil dan makmur dan tidak hanya milik generasi sekarang namun juga generasi selanjutnya. Kemudian pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup, namun juga diperlukan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

“Kita juga memiliki rencana induk sistem logistik nasional yang merupakan backbone perekonomian kita. Karena kalau sistem logistik kita bagus cost logistik nya rendah artinya perekonomian kita akan terus bergerak menjadi lebih baik,” imbunya.

Hal itu sebagai implementasi dari Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Merujuk hal tersebut, pemerintah telah menetapkan 3 (tiga) fase pembangunan sistem logistik nasional, di antaranya :
Fase pertama menguatkan sistem logistik domestik (2021-2015), dengan target penurunan biaya logistik menjadi 25% dari PDB (Pandapatan Domestik Bruto).
Fase kedua yakni mengintegrasikan jaringan logistik dengan Asean (2016-2020), dengan target penurunan biaya logistik menjadi 21% dari PDB pada tahun 2020.

“Akan tetapi, realisasinya tarif logistik masih terlalu mahal dan cost kita di tahun 2021 mencapai 23-24% dari PDB cost logistik kita. Artinya tidak sesuai dengan target yang direncanakan dalam rencana induk Sislognas (Sistem Logistik Nasional),” ucap dia.

Fase ketiga mengintegrasikan jaringan logistik global (2021-2025), dengan target penurunan biaya logistik menjadi 18% dari PDB pada tahun 2024.

Dia menambahkan kembali, isu daya saing biaya logistik Indonesia yang masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti India, Malaysia, Tiongkok, Thailand, dan Vietnam.