freightsight
Minggu, 19 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Diproyeksikan Kinerja Ekspor Jatim Pada 2022 Akan Tumbuh 25 Persen

20 Desember 2021

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor kontainer

Container Shipping © Bernd Dittrich via Unsplash

• Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur, mengungkapkan optimisme mereka bahwa tahun depan ekspor Jawa Timur bisa tumbuh hingga 25 persen.

• Lebih lanjut, Isdarmawan mengatakan bahwa bahwa tren impor kini juga mengalami kenaikan sebesar 23 persen.

Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur, mengungkapkan optimisme mereka bahwa tahun depan ekspor Jawa Timur bisa tumbuh hingga 25 persen. Namun, tentu saja hal ini apabila kondisi semakin kondusif.

Isdarmawan Asrikan selaku Ketua GPEI Jatim, menyatakan kemungkinan adanya pertumbuhan ekspor yang mereka proyeksikan karena kini kondisi pandemi di Indonesia dan beberapa negara sudah semakin membaik dan tertangani. Hal ini menyebabkan ekspor Indonesia ke beberapa negara yang terdapat warga negara Indonesia, atau Pekerja Migran Indonesia (PMI) seperti Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, dan Timur Tengah, mungkin akan bisa meningkat.

“Di tahun ini saja, kinerja ekspor sampai kuartal III tercapai US$15,3 miliar atau naik dibandingkan kuartal III/2020 yakni US$13,7 miliar. Lalu di akhir tahun, biasanya pengiriman kargo ke luar negeri meningkat karena untuk memenuhi keperluan liburan akhir tahun dan tahun baru,” ujarnya, Senin (13/12/2021).

Ia menjelaskan beberapa jenis yang mengalami peningkatan ekspor pada kuartal III tahun ini adalah lemak dan minyak hewan/nabati yang kemungkinan peningkatannya adalah sebesar 62 persen. Kemudian untuk komoditi kayu dan barang dari kayu juga mengalami peningkatan sebesar 25 persen.

“Selain itu juga ada tembaga serta bahan kimia organik yang tumbuh lebih dari 20 persen. Sedangkan perhiasan permata turun 46,69 persen dari US$2,17 juta menjadi US$1,16 juta, padahal perhiasan selama ini menjadi komoditas ekspor andalan Jatim,” ujarnya.

Lebih lanjut, Isdarmawan mengatakan bahwa bahwa tren impor kini juga mengalami kenaikan sebesar 23 persen, dari yang sebelumnya hanya senilai USD 12,38 juta, menjadi USD 15,3 juta. Peningkatan impor ini tidak lain demi menunjang berbagai macam kebutuhan industri dalam negeri yang memang sudah mulai kembali bergerak.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa sepanjang tahun 2021, kegiatan ekspor terus mengalami gangguan mahalnya ongkir kapal ke luar negeri yang melonjak drastis hingga 500 persen. Pada akhirnya hal tersebut membuat daya saing industri Indonesia jadi melemah.

Karena itu, banyak pengusaha Indonesia yang mencari akal, dan melirik alternatif pengiriman barang, misalnya dengan memanfaatkan bulk freight atau muatan curah. Akan tetapi barang-barang yang bisa menggunakan ini hanya barang yang tidak mudah rusak dan pecah, seperti besi, plastik, dan baja.

“Ini bisa menjadi solusi untuk ekspor ke negara-negara yang dekat seperti China. Jadi barang cukup dipacking tanpa kontainer,” katanya.

Isdarmawan juga memberikan contoh pengiriman yang dilakukan untuk kegiatan ekspor dan menggunakan kapal curah adalah, melalui Pelabuhan Probolinggo ke Spanyol, serta pengiriman semen ke Timor Leste yang dikirim tanpa menggunakan kontainer.

“Dengan adanya beberapa alternatif ini, pengusaha tidak lagi bergantung pada kontainer. Ada solusi lain meskipun volumenya tidak besar, tapi aktivitas bisnis tidak terhenti,” imbuhnya.