EKSPOR
18 Mei 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
• Direktur Celios menyampaikan pelarangan ekspor semua gandum dilakukan India berdampak stabilitas pangan Indonesia.
• Bhima juga menjabarkan sedikitnya ada empat dampak dari pelarangan ekspor bagi stabilitas pangan Indonesia.
Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) menyampaikan bahwa pelarangan ekspor semua gandum dilakukan oleh India bisa berdampak pada stabilitas pangan yang ada di Indonesia.
Bhima juga menerangkan India adalah produsen gandum nomor dua terbesar di dunia setelah China dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton.
Sedangkan Indonesia mengimpor gandum tiap tahun sebesar 11,7 juta ton atau setara 3,45 miliar dolar AS. Angka impor tersebut naik 31,6 persen jika dibanding tahun sebelumnya.
Kata Bhima saat dihubungi pada Senin (16/5/2022) bahkan kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, akan berisiko untuk stabilitas pangan di Indonesia.
Bhima juga menjabarkan ada empat dampak dari pelarangan ekspor. Pertama, harga gandum di pasar internasional telah naik menjadi 58,8 persen dalam satu tahun terakhir. Imbas terhadap inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat.
Bhima juga mengatakan bahwa contohnya tepung terigu, mie instan sangat butuh gandum, dan Indonesia tidak bisa produksi gandum lagi.
Kemudian, Bhima pun melanjutkan bahwa ada banyak industri makanan, minuman dalam skala kecil yang harus putar otak untuk bisa bertahan ditengah naiknya biaya produksi.
Kedua, pelarangan ekspor gandum yang masih juga belum diketahui sampai kapan waktunya membuat kekurangan pasokan menjadi ancaman yang cukup serius.
Perang Ukraina-Rusia juga sudah membuat stok gandum turun sangat signifikan, ditambah lagi kebijakan India, tentu akan berimbas signifikan ke keberlanjutan usaha yang butuh gandum.
Ketiga, pengusaha juga harus segera mencari sumber alternatif gandum dan ini juga harusnya bisa menjadi kesempatan untuk alternatif bahan baku selain gandum seperti tepung jagung, singkong, bahkan sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia.
Keempat, pakan ternak yang juga sebagian masih menggunakan campuran gandum, ketika harga gandum naik tentu bisa sebabkan harga daging dan telur juga pasti naik.
Bhima mengatakan bahwa pemerintah harus secepatnya mempersiapkan strategi untuk mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India.
Hal ini karena pengusaha di sektor makanan, minuman, dan pelaku usaha ternak juga perlu berkoordinasi mencari jalan keluar bersama dengan Pemerintah.
Beliau juga melanjutkan bahwa sekarang harus dihitung berapa stok gandum yang ada di tanah air, dan berapa alternatif negara penghasil gandum yang sudah siap memasok dalam waktu dekat ini.
Bukan tidak mungkin, karena menurut Bhima, Pemerintah Indonesia bersama negara lainnya juga melakukan gugatan kepada India ke WTO karena memang kebijakan unilateral India sangat merugikan konsumen dan industri di Indonesia.
Sebelumnya, Narendra Modi selaku Perdana Menteri India juga mengumumkan bahwa negaranya melarang ekspor semua gandum, setelah inflasi mendekati level tertinggi selama 8 tahun di 7,79 persen pada April 2022 lalu dan inflasi makanan ritel melonjak tinggi menjadi 8,38 persen.
Pada Sabtu (14/5/2022) beliau mengatakan bahwa ekspor semua gandum termasuk durum berprotein tinggi dan varietas roti, diubah kategorinya dari 'bebas' ke 'terlarang' mulai 13 Mei 2022.
Diketahui bahwa India juga merupakan produsen gandum nomor dua terbesar yang ada di dunia setelah Cina, dengan kapasitas produksi 107,5 juta ton. Indonesia sendiri juga mengimpor gandum sebesar 11,7 juta di setiap tahunnya atau setara dengan 3,45 miliar dolar AS.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi