DOMESTIK
19 Juni 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Pemerintah akan terus memonitor dan mewaspadai berbagai potensi risiko global yang berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia, terutama perkembangan terakhir terkait dinamika inflasi di AS serta respons lebih agresif dari The Fed.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai bahwa percepatan laju inflasi global dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi bagian dari risiko global yang dapat mempengaruhi kinerja perdagangan khususnya ekspor impor.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menilai bahwa secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan kinerja positif pada Mei 2022, dengan surplus US$ 2,9 miliar.
Meskipun nilainya turun dari bulan lalu, Indonesia berhasil mempertahankan surplus 25 bulan berturut-turut.
"Pemerintah akan terus memonitor dan mewaspadai berbagai potensi risiko global yang berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia, terutama perkembangan terakhir terkait dinamika inflasi di AS serta respons lebih agresif dari The Fed," ujar Febrio pada Kamis (16/6/2022).
Menurutnya, perdagangan menghadapi tantangan yang besar dari dinamika perekonomian global yang bergerak dinamis baik karena pandemi Covid-19 ataupun efek eksalasi politik di Ukraina.
Selain itu, Febrio menilai kebijakan The Fed dapat mempengaruhi kinerja perdagangan sehingga perlu mendapat perhatian lebih.
The Fed resmi mengerek suku bunga acuan mereka 0,75 persen.
Kenaikan suku bunga ini mencatatkan angka terbesar sejak 1994. Kenaikan suku bunga acuan dalam jumlah besar ini sekaligus menjadi langkah agresif The Fed untuk menahan inflasi di Amerika Serikat yang terus meningkat di luar perkiraan.
Kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5 persen dan 1,75 persen. Kenaikan suku bunga tersebut diperkirakan akan terus berlanjut 3,4 persen pada akhir tahun.
Febrio pun menilai bahwa kebijakan di Tiongkok perlu mendapatkan sorotan. Dia berharap pelonggaran restriksi mobilitas di Negeri Tirai Bambu dapat mendongkrak kembali kinerja ekspor ke sana meskipun pemulihan aktivitas di Tiongkok masih perlu waktu.
"Dengan berbagai faktor itu, pemerintah optimis kinerja perdagangan akan semakin menguat, meningkatkan posisi keseimbangan eksternal dan terus mendorong penguatan pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Ekspor Indonesia pada Mei 2022 tercatat senilai US$ 21,51 miliar atau tumbuh sebesar 27 persen (year on year/yoy).
Secara akumulatif hingga Mei 2022, ekspor migas mampu tumbuh 3,59 persen (year to date/ytd). Sementara ekspor non migas mengalami pertumbuhan 36,4 persen (ytd).
Dari sisi produksi, kinerja ekspor pertambangan tumbuh paling tinggi 114,2 persen (you), sementara pertanian tumbuh 20,32 persen (yoy) dan manufaktur tumbuh 7,78 persen (yoy).
Kenaikan harga komoditas global saat ini berdampak pada kinerja ekspor terutama komoditas energi, mineral, dan logam.
Kinerja impor juga masih mencatatkan pertumbuhan 30,74 persen (yoy), meski secara bulanan pada Mei 2022 terjadi perlambatan 5,81 persen.
Menurut Febrio, perlambatan secara bulanan terutama terkait dengan gangguan rantai pasok global, yakni akibat kebijakan lockdown ketat di Tiongkok.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi