INFO INDUSTRI
15 Maret 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
• Gapki mengkhawatirkan terjadinya defisit pasokan produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri hingga semester I/2022 di antara Perang Rusia-Ukraina.
• Total konsumsi minyak sawit di dalam negeri pada Januari 2022 bisa sebesar 1,506 juta ton atau 160.000 ton lebih rendah dari konsumsi bulan Desember 2021 sebesar 1,666 juta ton atau menurun 9,6 persen.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) rupanya sangat mengkhawatirkan terjadinya defisit pasokan produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri hingga semester I/2022 di antara Perang Rusia-Ukraina.
Mukti Sardjono selaku Direktur Eksekutif Gapki mengatakan bahwa kenaikan harga minyak bumi telah menembus angka 100 dolar AS per barel telah mendorong permintaan besar pada minyak nabati dari sejumlah negara importir. Namun, pasokan global dipastikan minim akibat terhambatnya pasokan dari Ukraina sebagai produsen terbesar bunga matahari serta rapeseed.
“Sehingga bisa mendorong naiknya harga minyak nabati juga berakibat minyak sawit bisa menjadi harapan utama bagi negara importir. Maka dari itu, pemerintah juga perlu mengatur secara bijak memang penggunaan di dalam negeri serta ekspor minyak sawit demi menjaga neraca perdagangan nasional,” ungkap Mukti lewat siaran pers pada Jumat (11/3/2022).
Namun, Gapki juga melaporkan bahwa terjadi penurunan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada Januari 2022 menjadi 3,863 juta ton atau menyusut 3 persen dari torehan Desember 2021 secara bulanan. Bukan hanya itu, produksi PKO pada awal tahun ini saja mencapai 365.000 ton atau mengalami penurunan secara bulanan mencapai 3,9 persen.
Impor produk minyak sawit pada Januari 2022 mencapai hingga 5.100 ton berasal dari Malaysia, 4.800 ton dalam bentuk oleokimia juga 316 ton dalam bentuk PFAD. Dengan stok akhir bulan Desember sebesar 4,129 juta ton sehingga tersedia pasokan sebesar 8,363 juta ton. Selain itu, terdapat impor soft oil berjumlah 5.500 ton sebagian besar berasal dari Malaysia 2.300 ton juga dari Thailand 1.500 ton berupa minyak kedelai 3.300 ton dan produk minyak biji bunga matahari 500 ton serta soft oil lainnya 1.700 ton.
Selain itu, total konsumsi minyak sawit di dalam negeri pada Januari 2022 bisa sebesar 1,506 juta ton atau 160.000 ton lebih rendah dari konsumsi bulan Desember 2021 sebesar 1,666 juta ton atau menurun 9,6 persen. Konsumsi terbesar yaitu untuk biodiesel sebesar 732.000 ton, diikuti industri pangan sebesar 591.000 ton juga untuk oleokimia 183.000 ton. Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel melampaui demi pangan telah terjadi sejak November 2021.
“Ekspor minyak sawit Januari 2,179 juta ton turun 11,4 persen dari Desember 2021 sebesar 2,460 juta ton memang lebih rendah 23,8 persen dari ekspor Januari 2021 sebesar 2,861 juta ton. Penurunan ekspor tersebut adalah pola musiman, tetapi kali ini diperkirakan karena produksi terbatas juga harga yang begitu sangat tinggi,” ungkap dia.
Berdasarkan catatan Gapki bahwa perubahan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan China yang turun sebesar 149.000 ton (-172 ribu ton dari penurunan Refined PO), Pakistan juga menurun mencapai hingga 108.000 ton (-139 ribu dari penurunan Refined PO) serta India sebesar naik 97.000 ton (+126 ribu ton dari kenaikan impor Refined PO).
Dengan produksi, impor, konsumsi serta ekspor seperti di atas tentu stok minyak sawit juga inti sawit akhir bulan Januari naik menjadi 4,678 juta ton dari sebelumnya hanya mencapai 4,129 juta ton pada awal bulan Januari.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi