freightsight
Jumat, 22 November 2024

PENGIRIMAN LAUT

Bersiap Hadapi Resesi Global, Ini yang Dilakukan oleh Samudera Indonesia (SMDR)

21 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kapal Samudra via bisnis.com

SMDR saat ini telah bersiap mengantisipasi risiko dari resesi global ke sektor pelayaran.

Volume ekspor mengalami gangguan yaitu China sehingga SMDR menghindari mengoperasikan kapal dari pelabuhan China.

PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) saat ini telah bersiap mengantisipasi risiko dari resesi global ke sektor pelayaran.
Direktur Utama SMDR Bani Mulia meyakini imbas resesi global tidak bisa mempengaruhi seluruh rute perdagangan. Rute perdagangan baik ekspor atau impor untuk beberapa sektor industri bisa berjalan dan bahkan bertumbuh.

Beliau bahkan menilai pelaku pelayaran harus fleksibel demi menyesuaikan pada kondisi permintaan kargo. Dengan demikian, saat menghadapi risiko resesi, emiten berkode saham SMDR lebih selektif dan memilih rute-rute pelayaran dan menghindari rute tingkat permintaannya rendah.

"Jadi strategi dan antisipasinya adalah mempersiapkan memindahkan kapal ke rute pelayaran yang punya daya tahan kuat terhadap resiko resesi," jelasnya, Rabu (19/10/2022).

Bani mencontohkan volume ekspor yang mengalami gangguan yaitu China. Menghadapi kondisi tersebut, SMDR menghindari mengoperasikan kapal dari pelabuhan China.

Beliau menyebut sampai kini volume dan produktivitas China terhambat dengan lockdown atau zero covid policy dari pemerintah China. Imbas kebijakan ini membuat produktivitas China rendah jika dibandingkan kondisi normal. Alhasil volume pengiriman dari china mengalami penurunan.

Di samping itu, Chief Economist Samudera Indonesia Initiatives Research Denny Irawan juga menilai bahwa ancaman resesi global menjadi salah satu risiko yang harus dipantau oleh pelaku.

IMF juga telah menyampaikan bahwa ekonomi global diprediksi segera tumbuh sebesar 3,2 persen secara tahunan di tahun 2022 dan melambat menjadi 2,7 persen secara tahunan pada 2023. Perlambatan ekonomi global tentunya juga diiringi oleh perlambatan volume perdagangan.

IMF pun tentu saja juga memprediksikan bahwa volume perdagangan dunia bisa tumbuh sebesar 4,3 persen secara tahunan di tahun 2022 kemudian melambat menjadi 2,5 persen tahunan di tahun 2023. Situasi tersebut, sebutnya, tentunya bisa berdampak pada industri pelayaran global atau domestik.

Ekspektasi perlambatan volume perdagangan sampai 2023 mulai menurunkan demand industri pelayaran global, termasuk pelayaran Indonesia bergerak di bidang angkutan ekspor-impor.

Di samping itu, industri pelayaran Indonesia bergerak di bidang angkutan perdagangan dalam negeri juga perlu mencermati potensi penurunan produksi barang dalam negeri yang terdampak oleh penurunan impor bahan baku/barang modal.

Hal ini karena memang volume produksi industri yang ada di dalam negeri berpotensi terkena dampak lanjutan jika dibiarkan.

Beliau juga menilai bahwa salah satu langkah antisipasi demi industri pelayaran Indonesia bergerak di bidang ekspor dan impor yaitu dengan segera mengamankan kontrak jangka panjang pengangkutan barang yang di dalamnya melibatkan mitra dagang utama Indonesia memiliki proyeksi perlambatan ekonomi hingga 2023.