freightsight
Jumat, 22 November 2024

INFO INDUSTRI

APBI: Produksi Batu Bara di Bawah Target di saat Permintaan Triwulan Keempat Melesat

3 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Batu Bara via bisnis-cdn.com

APBI melaporkan adanya peningkatan permintaan batu bara dari sejumlah negara mitra pada triwulan keempat tahun ini.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara domestik mencapai 497,55 juta ton.

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) melaporkan adanya peningkatan permintaan batu bara dari sejumlah negara mitra pada triwulan keempat tahun ini. Hanya saja, produksi batu bara domestik diperkirakan berada di bawah target ditetapkan pemerintah di angka 663 juta ton hingga akhir 2022.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan peningkatan impor terjadi dari pasar tradisional dan non-tradisional di tengah tensi geopolitik masih intens sampai saat ini. Pembeli tradisional dengan porsi konsumsi besar seperti India dan China dipastikan membeli batu bara dengan persentase lebih tinggi dari pencatatan triwulan sebelumnya.

“Kalau musim dingin permintaannya akan lebih tinggi, Oktober ini juga akan ada rapat besar Partai Komunis permintaan dari China akan meningkat,” kata Hendra saat dihubungi, Minggu (2/10/2022).

Hendra mengatakan permintaan sejumlah negara non-tradisional belakangan menunjukkan kelipatan signifikan. Beliau mencontohkan, pembelian batu bara dari Eropa mencapai 4 juta ton sepanjang Januari hingga September tahun ini.
Padahal torehan ekspor ke Eropa tidak pernah melebihi volume 1 juta ton. Hanya saja, beliau mengatakan realisasi produksi batu bara domestik turut dihadapkan pada persoalan cuaca dan pengadaan alat berat ikut mengoreksi ketersediaan pasokan.

“Kalau kita lihat rata-rata produksi bulanan itu 50 juta ton sampai 52 juta ton, mungkin saja akhir tahun ini sekitar 650 juta ton, cuma estimasi kasar, sedikit di bawah target ya,” kata dia.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara domestik mencapai 497,55 juta ton atau 75,04 persen dari target dicanangkan pemerintah hingga awal bulan. Adapun realisasi ekspor telah mencapai 189,71 ton dan kewajiban pasokan domestik (DMO) sebesar 128,76 ton. Sisanya realisasi domestik sudah menyentuh 140,68 juta ton. Kebutuhan impor batu bara dari China diproyeksikan mencapai hingga 240 juta ton pada tahun ini. Sementara India memperbanyak kualitas batu bara rendah diproyeksikan segera melakukan impor hingga 140 juta ton.

Adapun, Indonesia berpotensi mengekspor 190 juta batu bara dengan 54 persen pasar yang didominasi China dan India.
Di samping itu, untuk kebutuhan domestik, PT Perusahaan Listrik Nasional (Persero) atau PLN dipastikan akan menyerap hingga sekitar 137 juta ton batu bara hingga akhir tahun. Di sisi lain, total kebutuhan domestik diprediksi akan tembus di angka 165 juta ton. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan bahwa penerapan kebijakan badan layanan umum (BLU) Batubara segera berlaku surut atau efektif sejak Januari 2022.

Rencananya, kebijakan badan pungutan batu bara tersebut akan diatur di dalam payung hukum peraturan presiden atau Perpres.

“Kita sekarang sedang menentukan due date dari pelaksanaan BLU, dilaksanakan awal Januari 2022, Ini merupakan proses. BLU Ini tidak akan menyebabkan pelaksanaan klausul dan kondisi yang sudah diterapkan berlaku pada saat BLU ini terbit,” kata Arifin saat rapat kerja bersama dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (9/8/2022).

Menurut Arifin, kebijakan BLU berlaku surut itu bisa terlaksana karena pembahasan ihwal entitas khusus batu bara itu telah dilakukan sejak awal tahun. Malahan, kata beliau pemerintah telah menetapkan kebijakan kewajiban pasokan yang ada di dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) yang bersinggungan dengan materi BLU.