freightsight
Kamis, 25 April 2024

DOMESTIK

Rantai Pasok jadi Penghalang, Inflasi di Bali Masih Tinggi

1 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via pexels

Panjangnya rantai pasok komoditas dari petani hingga ke konsumen masih menjadi masalah yang belum bisa terselesaikan secara optimal sehingga memberikan dampak pada tingginya inflasi di Bali.

Panjangnya rantai pasok komoditas dari petani hingga ke konsumen masih menjadi masalah yang belum bisa terselesaikan secara optimal di Bali sehingga berdampak ke tingginya inflasi. Mata rantai pasok komoditas strategis seperti beras, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat dan sayur yang dipanen oleh petani masih terbilang panjang. Sebelum sampai ke pengecer atau pedagang di pasar, komoditas pertama kali diserap oleh pengepul, kemudian ke distributor, dari distributor baru ke pedagang pasar.

Panjangnya mata rantai ini menyebabkan harga transportasi pengiriman komoditas mahal sehingga harga yang diberikan ke konsumen menjadi mahal. Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengakui panjangnya rantai pasok komoditas di Bali membuat harga komoditas strategis sulit dikendalikan, kemampuan pemerintah untuk melakukan intervensi pasar pun masih terbatas.

“Pada dasarnya petani yang menjual hasil produksinya dengan harga yang murah, tetapi saat tiba di pasar akan jauh lebih mahal akibat panjangnya mata rantai tengkulak,” jelas Cok Ace dalam keterangan resminya pada Selasa (31/1/2023).

Oleh karena itu, perlu meningkatkan kerja sama antardaerah dalam distribusi komoditas. Cok Ace menjelaskan pertukaran informasi antarkabupaten dan kota di Bali menyoal stok dan harga komoditas masih belum optimal, sehingga daerah-daerah yang mengalami surplus komoditas belum melakukan distribusi secara optimal.

Selain itu komunikasi antarlembaga lintas kabupaten juga harus ditingkatkan agar pendistribusian komoditas bisa dilakukan dengan lebih optimal sehingga dapat menekan harga yang diberikan oleh pengepul atau tengkulak.
Wagub Bali tersebut juga mendorong pasar induk yang ada digunakan dipasok secara maksimal agar ketersediaan komoditas mencukupi kebutuhan masyarakat.

“Penekanan inflasi bisa dilakukan apabila kita semua stakeholder bekerjasama dengan baik, terlebih Bali memiliki pasar induk yang berfungsi untuk mengontrol harga," jelasnya.

Selain itu Bali juga harus memiliki sumber-sumber informasi yang jelas antar kabupaten. Semisal kabupaten Klungkung dan Karangasem yang memiliki ketersediaan cabai maka kabupaten lain termasuk Denpasar bisa langsung memantau dan berkoordinasi tentang harga pasar.

Misalnya lagi kabupaten Tabanan sebagai lumbung padi bisa mengkoordinasikan ketersediaan yang ada dengan kabupaten lainnya, sehingga stok bahan pokok makanan sehari-hari dapat kita pantau bersama, dan tidak terjadi penumpukan di satu wilayah dan juga tidak ada kekurangan di wilayah lainnya.

Dalam laporan terbaru, terpantau harga cabai yang didatangkan dari Jawa dipatok dengan harga Rp45.000/kg atau lebih murah dari cabai yang didatangkan dari kabupaten di Bali sendiri yang harganya mencapai Rp50.000/kg. Sementara harga bahan makanan lain seperti bawang merah di bandrol dengan harga Rp27.00/kg, bawang putih Rp22.000/kg, telur ayam Rp47.000/krat, beras putri 13.000/kg, minyak bimoli Rp22.000 /liter, daging ayam Rp33.000/kg, gula Rp15.000/kg, udang Rp60.000/kg dan tomat Rp10.000/kg.