PENGIRIMAN LAUT
27 September 2022
|
Penulis :
Tim FreightSight
Pakar maritim dari ITS menyoroti perbandingan mencolok posisi kapal domestik dan asing di perairan internasional.
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Saut Gurning menyoroti perbandingan mencolok antara kuatnya arus pengiriman berbendera Merah Putih dibandingkan dengan pergerakan kapal internasional. Kekuatan jumlah kapal internasional, sebutnya, masih mendominasi pergerakan dan kelancaran arus pengiriman logistik lewat laut.
"Bukanlah bendera Merah Putih yang berkibar dominan di kapal kapal pengangkut kargo eksportasi. Apalagi kargo importasi kita. Perbandingannya masih sangat miris 90 banding 10," ujarnya pada Jumat (23/9/2022).
Menurut Saut, wilayah operasi layanan kapal berbendera merah putih masih berjarak pendek atau short-haul. Jarak tersebut berupa rute feeder yang mengumpan dan memberi alias tergantung ke moda Singapura, dan Malaysia di Asean.
"Pekerjaan rumah ke depan adalah membangun kekuatan plus keandalan Merah Putih untuk jarak pendek, menengah atau intra Asia, dan jarak jauh atau antar benua harus mulai dipikirkan insan maritim Indonesia," imbuhnya.
Untuk orientasi luar negeri, jelas Saut, tidaklah mudah dan tidak murah serta tidak bisa apa adanya untuk masuk ke jalur, wilayah dan pasar internasional. Banyak faktor yg perlu diperhatikan secara kolektif.
Pertama, terkait dengan kekuatan perencanaan kapal dan keandalan operasinya dalam memenuhi standar internasional. Kemudian, kemampuan konsolidasi logistik maritim, dan yang terakhir adalah keandalan dan kompetensi SDM maritim paling tidak pelaut dan perekayasa.
Belum lagi, imbuhnya, dorongan dunia perbankan dan finansial maritim. Disusul kekuatan galangan kapal, dan industri komponen kapal, hingga dukungan kebijakan yang konsisten pro industri maritim. Faktor dukungan, terutama, menurutnya juga sangat penting. Pasalnya tidak ada negara maritim yang kuat, terutama kapal pelabuhan dan konsolidasi ekspedisi muatan kapal lautnya jika tidak disokong oleh pemerintah.
Negara maritim fulcrum global yang notabene ada di Asia, sebut saja China, Korsel, Jepang, Hongkong, Taiwan, Filipina, dan Singapura adalah negara dengan konsisten dukungan fiskal, pendidikan, industri galangan kapal, pelabuhan, perbankan maritim, asuransi maritim, logistik maritim termasuk bunkering dan sistem teknologi informasi maritim yang didukung oleh pemerintah.
"Apa yg dilakukan Kemenko marves mungkin baik, paling tidak mulai mengidentifikasi kekuatan kluster ekonomi maritim apa yg menjadi prioritas bagi Indonesia pada masa mendekat," jelasnya.
Dia mencontohkan, jika Singapura fokus pada industri pelabuhan, galangan dan pelayaran. Vietnam juga demikian, termasuk mungkin Malaysia. Filipina, cenderung fokus pada kekuatan dan kompetensi pelautnya yang memang telah tersohor di dunia.
Sementara untuk China dan Korsel, yang dalam 1-2 dekade ini mulai bergerak dari industri berat maritim mulai beralih industri jasa maritim, yang memberikan nilai tambah dan dampak ekonomi lebih bernilai tinggi. Misalnya,Shanghai, Tianjin, Dalian, dan Pusan, telah bertransformasi menjadi kluster keuangan maritim Asia dan global. Kawasan tersebut mulai menandingi London, Kopenhagen, dan Yunani yang selama ini akhirnya memilih industri keuangan maritim dan hanya fokus pafa industri berat maritim yang bernilai tinggi.
Bagikan artikel ini:
ARTIKEL TERKAIT
TERPOPULER
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
17 Januari 2024
3 Januari 2024
19 Desember 2023
6 Desember 2023
5 Desember 2023
4 Desember 2023
Selalu update dengan berita terbaru!
LAPORAN INDUSTRI
18 Maret 2024
1 Maret 2024
2 Februari 2024
Copyright 2021 © Freightsight. Kebijakan privasi