freightsight
Senin, 25 November 2024

EKSPOR

Ekonomi Jawa Timur Tumbuh 5,34%, Komponen Ekspor Harus Dijaga Pemerintah

8 Februari 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

via unsplash

Ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya kini telah menilai bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur rupanya sudah harus menjaga kinerja ekspor.

Jawa Timur sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional kalau memang dilihat dari sisi pertumbuhan yang ada di wilayah Pulau Jawa.

Salah seorang pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya menilai bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah harus menjaga kinerja ekspor supaya nantinya tidak akan jatuh di tahun ini. Dan agar ekonomi 2023 bisa lebih terjaga bahkan juga bisa tumbuh dengan baik di tengah tantangan situasi global.

Wisnu Wibowo selaku Ekonom Unair mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kuartal IV/2022 memang masih lebih rendah -0,71% jika memang dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022.

Namun, secara menyeluruh selama tahun 2022, rupanya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 5,34% kini sudah lebih baik jika dibandingkan pada tahun 2021 yang hanya tumbuh 3,56%.

“Ini menunjukkan bahwa ekonomi Jatim sudah bergerak maju ke arah recovery. Nah, recovery itu secara historis ekonomi Jatim biasanya akan lebih tinggi dari ekonomi nasional. Sehingga diharapkan pola ekonomi Jatim ini akan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (7/2/2023).

Dia pun mengatakan bahwa Jawa Timur sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional. Kalau dilihat dari sisi pertumbuhan yang ada di wilayah Pulau Jawa, Jawa Timur merupakan tertinggi kedua setelah Jawa Barat.

“Tapi situasi ini juga masih menjadi sinyal yang bagus bagi pertumbuhan ekonomi berikutnya di tahun ini,” ujarnya.

Wisnu pun juga mengatakan bahwa memang kalau dilihat dari karakteristik dan transformasi satu daerah, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh 2 sisi yaitu dari sisi lapangan usaha juga dari sisi pengeluaran.

“Konsumsi atau pengeluaran memang telah menggerakkan ekonomi di suatu daerah, terutama di Jatim karena kontribusinya yang lebih besar. Namun justru pertumbuhan tertinggi terjadi sektor lapangan usaha khususnya komponen ekspor luar negeri yang mencapai 9,23 persen,” ujarnya.

Walaupun memang kontribusi pada PDRB Jawa Timur bahkan yang ada di daerah lain maupun negara lain ternyata memang masih juga didominasi oleh sektor konsumtif, tetapi pada kenyataannya di level lapangan usaha yaitu ekspor luar negeri yang telah berhasil tumbuh bagus juga sudah bisa dengan sempurna menunjukkan sesungguhnya daya saing produk Jawa Timur yang meningkat.

“Ini pertanda bagus, tapi juga menyimpan potensi tantangan yang harus diantisipasi. Ketika misalnya pasar dari produk Jatim di pasar global itu terpengaruh disrupsi supplay chain akibat geopolitik, ini harus diantisipasi. Walaupun harapanya di 2023 konflik bisa mereda, tetapi faktanya masih menunjukkan eskalasi tinggi,” jelasnya.

Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair itu di sini pun rupanya juga menambahkan bahwa kalau ternyata pertumbuhan tertinggi di Jawa Timur adalah ekspor, tentu saja di sini pun peran pasar internasional juga memang sangat besar. Sebab saat negara-negara yang ada di dunia memang tengah mengalami perlambatan juga ancaman resesi itu yang bisa berdampak sampai ke Indonesia.

“Oleh karena itu, pemerintah daerah harus bisa mengantisipasi ini, bagaimana momentum yang bagus, bagaimana ekspor luar negeri ini bisa mengalami pertumbuhan, setidaknya jangan sampai drop akibat ancaman resesi dunia dan memanasnya Ukraina - Rusia yang bisa juga menyeret Amerika Serikat dan Eropa,” imbuh Wisnu