freightsight
Jumat, 10 Mei 2024

EKSPOR

Perlambatan Ekonomi China Tak Ganggu Kinerja Ekspor RI

26 September 2023

|

Penulis :

Tim FreightSight

REUTERS/Petar Kujundzic

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menilai perlambatan ekonomi di Tiongkok atau China tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menilai perlambatan ekonomi di Tiongkok atau China tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia khususnya dalam kinerja ekspor.

Perlambatan pada ekonomi China salah satunya didorong oleh menurunnya investasi di sektor properti, yang merupakan penyumbang besar pada PDB negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Penurunan ini didorong oleh krisis utang yang dialami sektor tersebut, salah satunya pengembang properti Evergrande dengan beban utang hingga USD 2,44 triliun dan Country Garden yang memiliki utang USD 1,43 triliun.

“Kalau kita lihat kenapa ekonomi China melambat tapi ekspor kita kok terus mengalami kenaikan, bahkan pada 2021-2022 naik cukup signifikan,” ungkap Kepala Pusat Ekonomi Makro BKF Abdurohman dalam Media Gathering Kementerian Keuangan pada Senin (25/9/2023).

Abdurohman menjelaskan, hal ini terkait dengan struktur ekspor Indonesia ke Tiongkok yang terus menunjukkan kemajuan dari tahun ke tahun.

Dia menjelaskan, antara tahun 2001-2007 produk dominan ekspor Indonesia ke Tiongkok adalah minyak mentah dan minyak sawit.

Namun setelah tahun 2017, ditambah dengan adanya hilirisasi, ekspor Indonesia ke Tiongkok melanjutkan kenaikan yang didorong oleh produk feronikel, batu bara dan lignit.

"Saya kira ini juga ada efek positifnya karena meskipun mereka melambat tetapi permintaan ekspor terhadap Indonesia masih cukup kuat. Bahkan kalau kita lihat ekspor kita ke China masih tumbuh cukup positif dalam enam bulan pertama tahun ini sekitar 6,3 persen,” beber Abdurohman.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2023 kembali mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 3,12 miliar. Surplus bulan Agustus terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 4,47 miliar dan defisit migas USD 1,34 miliar.

“Ekspor Agustus meningkat dan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 3,12 miliar. Artinya, surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2023 yang sebesar USD 1,29 miliar,” kata Mendag Zulkifli Hasan pada Selasa (19/9/2023).

Berdasarkan negara mitra dagang, surplus perdagangan Indonesia bulan Agustus 2023 yang terbesar yaitu dengan India sebesar USD 1,39 miliar.

Surplus ini didorong komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta bijih, terak dan abu logam (HS 26).

Surplus selanjutnya dengan Amerika Serikat (USD 1,16 miliar) dan Filipina (USD 0,83 miliar).

Sementara itu, negara-negara mitra dagang penyumbang defisit perdagangan pada Agustus 2023 adalah Singapura (USD 0,73 miliar), Australia (USD 0,61 miliar), dan Thailand (USD 0,20 miliar).

Secara kumulatif, pada periode Januari hingga Agustus 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 24,34 miliar.

Angka surplus ini lebih rendah sebesar USD 10,55 miliar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Surplus tersebut didorong oleh sektor nonmigas USD 36,39 miliar dan defisit sektor migas sebesar USD 12,05 miliar.

Kinerja ekspor Indonesia pada Agustus 2023 mencapai USD 22,00 miliar atau naik sebesar 5,47 persen dibanding Juli 2023 (MoM).

Peningkatan ekspor bulan Agustus ini didorong tumbuhnya ekspor nonmigas sebesar 5,35 persen dan ekspor migas yang naik 7,50 persen (MoM).

Sektor pertambangan menjadi sektor yang mengalami kenaikan ekspor tertinggi sebesar 15,37 persen, disusul sektor migas sebesar 7,50 persen, pertanian sebesar 3,36 persen, dan industri sebesar 3,22 persen (MoM).