freightsight
Jumat, 1 November 2024

INFO INDUSTRI

Kemendag Tingkatkan Ekspor Manufaktur Nonmigas untuk Tutupi Neraca Perdagangan

28 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kemendag Ekspor

Dokumentasi Kemendag

• BP3 Kemendag akui adanya potensi melebarnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas akibat kenaikan harga minyak dunia di tengah perang Rusia-Ukraina belakangan ini.

• Konflik Rusia-Ukraina akan menaikkan kembali harga komoditas dunia di tengah fenomena commodity super cycle masih terjadi.

Kasan Muhri selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag mengakui adanya potensi melebarnya defisit neraca perdagangan minyak dan gas akibat kenaikan harga minyak dunia di tengah perang Rusia-Ukraina belakangan ini.

Defisit itu turut disebabkan karena menguatnya nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rupiah.

Kasan juga mengatakan bahwa kementeriannya mendorong untuk meningkatkan volume ekspor produk manufaktur nonmigas demi menutupi potensi melebarnya defisit neraca perdagangan tahun ini.

“Kita mencoba meningkatkan volume ekspor khususnya produk manufaktur non Migas dengan memperluas cakupan pasar ekspor dan jenis produknya juga,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp pada Jumat (25/2/2022).

Di samping itu, Kasan juga menambahkan konflik Rusia-Ukraina akan menaikkan kembali harga komoditas dunia di tengah fenomena commodity super cycle masih terjadi. Hal ini, menurutnya bisa meningkatkan kinerja ekspor dari aspek harga, tetapi akan melemah dari aspek volume.

“Bagi Indonesia, kenaikan harga energi akibat dampak konflik Rusia-Ukraina ini sebabkan harga komoditas ekspor misalnya minyak sawit dan turunannya meningkat di pasar global. Hal ini di satu sisi akan meningkatkan ekspor Indonesia dari sisi nilai,” ungkapnya.

Harga minyak global melesat ke level 100 dolar AS per barel pertama kalinya sejak 2014. Ini adalah pukulan ganda bagi ekonomi dunia lantaran menekan prospek pertumbuhan dan menaikkan tingkat inflasi.

Dari data Bloomberg hingga Kamis (24/2/2022) pukul 12.16 WIB, minyak Brent melonjak 4,65 persen atau 4,50 poin ke 101,34 dolar AS per barel sedangkan minyak WTI naik menjadi 4,59 persen atau 4,23 poin menjadi 96,33 dolar AS per barel.

Melonjaknya harga minyak karena kombinasi mengkhawatirkan untuk Federal Reserve AS juga sesama bank sentral akibat mereka berusaha menahan tekanan harga terkuat dalam beberapa dekade tanpa menggagalkan pemulihan ekonomi dari sisi pandemi.

Sementara konflik Ukraina-Rusia turut membuat nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada perdagangan hari ini. Kemarin (24/2/2022), nilai tukar uang rupiah terhadap dolar AS melemah bersama dengan sejumlah mata uang lainnya di Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,37 persen atau 53,5 poin hingga parkir ke posisi 14.391 rupiah per dolar AS.

Sedangkan indeks dolar AS naik 0,37 persen di level 96,54 Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca migas mengalami defisit lebar mencapai 1,33 miliar dolar AS pada Januari 2022.
Defisit neraca migas dikarenakan nilai impor lebih tinggi ketimbang ekspor di awal tahun ini.