freightsight
Jumat, 17 Mei 2024

INFO INDUSTRI

Harga Bahan Baku Tinggi, Ekspor Elektronika Masih Terhambat?

16 Februari 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Industri Elektronik

Elektronik @ Jarmoluk via Pixabay

• Ekspor industri elektronika masih menghadapi tantangan menghadapi harga bahan baku komoditas global yang masih mengalami kenaikan pada awal tahun 2022.

• Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar.

Ekspor industri elektronika tercatat mencapai US$11,77 miliar atau setara dengan Rp 168,74 triliun sepanjang 2021. Torehan tersebut diperkirakan akan terhambat oleh kenaikan harga bahan baku tarif logistik yang diprediksi masih tinggi pada 2022.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Daniel Suhadirman mengatakan, eksportir elektronik masih menghadapai harga bahan baku yang melonjak tinggi hingga awal tahun ini.

Selain itu, ongkos produksi juga ikut terkerek akibat kemacetan pelabuhan dunia yang berdampak pada kelangkaan kapal dan kontainer dan belakangan menaikan tarif logistik ekspor.

Di sisi lain, Daniel menjelaskan, manuver pemerintah yang memberlakukan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 turut mengoreksi kapasitas produksi industri elektronika di dalam negeri.

“Ini sedikit banyak berdampak pada pengurangan produktivitas dan efisiensi industri elektronika dalam negeri. Untuk itu, kami berharap institusi pemerintah dari Kemendag dan Kemenperin melakukan kontrol ketat terhadap barang impor,” kata Daniel disampaikan melalui pesan WhatsApp pada Kamis (10/2/2022).

Di samping polemik daya saing produk domestik sektor elektronik, pemerintah diharapkan dapat menanggulangi pandemi Covid-19 pada paruh pertama tahun ini. Dengan demikian, pemain ekspor dalam negeri dapat mengungguli pasokan produk elektronika dari eksportir negara lain.

“Kecepatan penanggulangan pandemi Covid-19 juga turut berperan dalam mengungguli negara lain memasok produk-produk ekspor ke pasar global,” tambah Daniel.

Sbelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar. Estimasi itu mengalami penurunan sekitar 11,39 persen bila dibandingkan dengan torehan surplus tahun yaitu sebesar US435,44 miliar.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri menuturkan, menyesuaikan proyeksi neraca perdagangan tersebut didasari pada outlook harga komoditas global yang cenderung menurun pada awal 2022.
“Kenaikan harga komoditas supercyle masih mendorong kenaikan nilai ekspor RI. Namun, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini sepertinya tidak akan bertahan lama,” kata Kasan dalam pesan yang singkat WhatsApp, Rabu (9/2/2022).