freightsight
Jumat, 1 November 2024

INFO INDUSTRI

Bidik Ekspor 4 Milyar, Pemerintah Bangun Modernisasi Tambak Udang

26 Maret 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Ekspor Udang

Tembak Udang via KKP

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyasar peningkatan ekspor udang budi daya hingga dua kali lipat pada 2024 dengan nilai mencapai US$4 miliar dari capaian tahun sebelumnya sebesar US$2,23 miliar.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan target nilai ekspor tersebut kurang lebih sama seperti volume produksi 2 juta ton udang per tahun pada 2024 mendatang dengan capaian sebesar US$ 4 miliar setelah sebelumnya mencapai US$ 2,23 miliar.

Salah satu upaya yang ditempuh adalah pengembangan kawasan tambak udang terintegrasi (shrimp estate) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Timur.

Tahun ini volume produksi udang diperkirakan akan menyentuh angka 1,2 juta ton sedangkan nilai ekspornya ditargetkan meningkat sebesar 30 persen.

"Shrimp estate ini merupakan salah satu budidaya yang akan dikembangkan dalam bentuk tambak modern berbasis kawasan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas udang nasional yang ditargetkan mencapai 2 juta ton pada 2024," kata Sakti saat berada di lokasi percontohan shrimp estate di Sumbawa, NTB, Jumat (18/3/2022).

Selain di Sumbawa, modernisasi tambak udang juga dibuka pada dua daerah lainnya yaitu Aceh dan Sulawesi Tenggara. Produktivitas tambak dalam pengembangan berbasis kawasan ini ditargetkan mencapai 40 ton per hektare, melebihi rata-rata produksi tambak tradisional yang hanya sebesar 0,6 ton per hektare.

Ada empat proyek yang akan menjadi contoh modernisasi tambang rakyat tersebut, pemerintah merogoh kocek sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,5 triliun.

Secara rinci, masing-masing pada tiga lokasi tambak udang terintegrasi memerlukan dana US$150 juta dan sisanya US$50 juta untuk melakukan revitalisasi tambak di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kota Baru, Sulawesi Tengah.

Adapun modeling tambak udang terintegrasi di Sumbawa mempunyai total luas lahan sebesar 528 hektare dengan luas kolam 221 hektare.

Adapun sisa lahan di luar kolam tambak akan digunakan untuk fasilitas penopang seperti tandon, kantor pengelola, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan lain-lain.

Proses konstruksi tambak ini akan dimulai pada pertengahan tahun dan diperkirakan akan selesai dalam 1,5 hingga 2 tahun ke depan.