freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

PELABUHAN

Surplus Perdagangan China Terancam, Imbas Turunnya Permintaan Asia-Eropa

16 Agustus 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Logistik via static.republika.co.id

Surplus perdagangan China terancam lantaran volume kargo menurun akibat rendahnya permintaan dagang Asia-Eropa.

China tengah menikmati rekor surplus perdagangan mencapai US$101 miliar pada Juli 2022. Namun volume kargo terancam menurun lantaran rendahnya permintaan dan turunnya puncak dagang Asia-Eropa.

Menurut statistik Bea Cukai China, ekspor bulan lalu melonjak 18% dalam dolar AS, sementara impor tumbuh 2,3% yoy.

Sementara itu, ekonom senior China di Capital Economics, Julian Evans-Pritchard, mengatakan dalam laporannya "ekspor bertahan dengan baik bulan lalu berkat tumpukan pesanan yang terselesaikan. Namun itu tidak bertahan lama sebelum akhirnya pengiriman kembali turun akibat permintaan asing yang mendingin".

"Impor terus menunjukkan tren menurun dan pelemahan domestik lebih lanjut", tambahnya.

Pritchard mencatat, kenaikan ekspor baru-baru ini mencerminkan berkurangnya hambatan rantai pasok imbas lockdown China dan menurunnya angka kemacetan di pelabuhan.

Tidak semua sektor ekspor menunjukkan kinerja positif, Pritchard menyebutkan ekspor elektronik menjadi pengecualian sebab menurun drastis di tahun ini.

Aktivitas di pelabuhan China mulai meningkat baru-baru ini. Itu terjadi berkat throughput dibantu oleh lemahnya permintaan pengiriman domestik sehingga membebaskan lebih banyak kapasitas pelabuhan untuk perdagangan luar negeri.

Namun demikian, pengusaha masih melaporkan adanya penundaan dan kemacetan di sebagian Pelabuhan China akibat lockdown yang berlangsung.

Tim Global Logistics (TGL) Taiwan mengatakan, penundaan di Shenzen, menunjukkan polemik lebih serius karena biaya pengiriman meningkat akibat situasi epidemi yang tidak stabil.

Sementara itu, latihan militer China di dekat Taiwan turut memperburuk kondisi di Ningbo yang mencapai tiga sampai 5 hari penundaan dari Qingdao, tambah TGL.

FourKites menambahkan "beberapa kota besar di China telah meluncurkan kebijakan lockdown yang lebih ketat, volume di pelabuhan Shanghai mulai menurun sejak puncaknya pada pertengahan Juli hingga sebesar 19% sejak saat itu. Volume pengiriman laut rata-rata 14 hari, saat ini turun sebesar 14% dibandingkan 12 Maaret lalu saat awal pemberlakuan lockdown", paparnya.

Menurut Flexport, tarif pengiriman turun baik di perdagangan transpasifik dan Asia-Eropa, meskipun ada perluasan pelayaran kosong.

Flexport menambahkan, untuk pasokan Asia Eropa sementara ini masih relatif ketat karena banyak pelayaran kosong, geser kapal, kelalaian pelabuhan, tidak ada musim puncak pengiriman dan permintaan melambat.