freightsight
Jumat, 29 Maret 2024

EKSPOR

Pengusaha Keluhkan Ekspor Kerajinan Tangan RI yang Terbentur dengan Biaya Logistik Mahal

7 Oktober 2022

|

Penulis :

Tim FreightSight

Kerajinan Tangan via bisnisukm.com

Ekspor industri kerajinan tangan hingga saat ini masih menemui banyak kendala.

Peningkatan ekspor menjadi tantangan, karena belum semua anggota ASEPHI menjadi eksportir.

Aktivitas ekspor dalam industri kerajinan tangan rupanya hingga saat ini masih menemui banyak kendala. Salah satu yang paling berpengaruh yaitu dari segi biaya logistik yang terkesan mahal. Hal ini juga diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Pengusaha Handicraft Indonesia (ASEPHI), Muchsin Ridjan. Beliau di sini mengatakan bahwa pihaknya tengah membidik peluang ekspor kerajinan tangan yang ada di pasar global melalui platform digital.

"Kendala ekspor, mendapatkan space kapal dan biaya-biaya untuk logistik dan masalah pelabuhan. Ini masalah yang luar biasa sehingga kita kesulitan," ujar Muchsin dalam keterangannya, dikutip Rabu (5/10/2022).

Menurut Muchsin, peningkatan aktivitas ekspor ini memang sangat penting demi menunjang Indonesia menjadi negara maju. Jika ekspor meningkat tentu saja devisa yang dihasilkan juga akan semakin membesar. Di samping itu, peningkatan ekspor juga masih menjadi tantangan bagi Muchsin, karena belum semua anggota ASEPHI menjadi eksportir.

"Sebagian besar kita juga sudah ekspor, namun kendalanya masalah logistik dan pelabuhan," kata Muchsin.
Selama pandemi Covid-19, justru Muchsin mengaku bahwa ekspor ritel dari anggota ASEPHI menurun, salah satunya di DKI Jakarta. Namun, anggota yang ada di daerah seperti Bali dan Jawa Timur justru membukukan kenaikan.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, tentu saja sejumlah upaya strategis juga dilakukan oleh ASEPHI. Salah satunya memperkenalkan produk kerajinan dari pelaku UMKM atau anggota ASEPHI melalui Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang digelar pada bulan Oktober 2022. Pameran tersebut nanti akan dikonsepkan dalam satu ekosistem digital yang dapat diperkenalkan kepada para pembeli. Para pembeli yang hadir dalam pameran tersebut merupakan pembeli yang dipilih secara ketat oleh para pengurus pusat ASEPHI.

Lebih lanjut lagi, Wakil Ketua Umum II ASEPHI Muchamad Ali Jufry menjelaskan bahwa ekspor ritel melalui digitalisasi menjadi peluang besar yang dapat dimanfaatkan pihaknya. Walaupun demikian, dukungan pemerintah baik dari sisi kebijakan dan kerja sama juga diperlukan demi memudahkan proses ekspor produk UMKM tersebut yang ada di pasar global.

"Ketika bicara peluang yang lain, tentunya ada diekspor ritel, yaitu melalui platform digital. Apabila didukung oleh logistik yang terjangkau, di situlah terjadi perubahan dari digital ekspor," ujar Ali.

Ali berharap, ke depannya produk diperkenalkan melalui platform digital adalah hasil inisiatif anak bangsa itu sendiri bukan dari pihak asing

"Kita berharap peluang itu lewat platform digital, kita tidak berharap pelaku digital asing yang menguasai, tapi kita sendiri. Kekuatan kita tentu ada di member kita. Harapannya kita menembus pasar luar negeri dengan platform digital, sembari menunggu kondisi ekonomi global pulih," katanya.

Selain membidik pasar ekspor, INACRAFT Oktober 2022 menyasar kaum milenial. Sekretaris Jenderal ASEPHI Baby Jurmawati Djuri menyebut pameran digelar kedua kalinya sepanjang tahun ini memberikan ruang bagi anak-anak muda.

Tidak hanya itu, beliau memastikan ada sejumlah kegiatan pendukung INACRAFT diisi kaum milenial atau mereka yang berusia di bawah 40 tahun.

"Konsep yang kami targetkan dalam INACRAFT ini adalah konsep digital seperti pameran virtual yang kami sediakan. INACRAFT ini targetnya sebenarnya untuk Oktober untuk yang muda-muda. Yang kami harapkan tampil," ucap Baby.

Partisipasi anak muda, lanjut Baby, diberikan supaya bisa menunjukkan bakat dan kemampuannya. Peluang ini penting karena anak muda menjadi tonggak penting perjuangan bangsa Indonesia untuk ke depannya.